test

Kesehatan

Minggu, 7 April 2019 14:59 WIB

Rajin Olahraga di Usia Pertengahan Mampu Perpanjang Usia

Editor: Redaksi

Berolahraga. (Foto: Ilustrasi/ Dok Net)
PMJ - Olahraga telah dipercaya selama beberapa dekade menjadi cara terbaik untuk bisa hidup lebih lama. Tetapi, tak banyak orang mulai berolahraga sejak muda. Akhirnya banyak orang justru aktif berolahraga sejak berusia pertengahan (atau 35 tahun ke atas). Baru-baru ini, penelitian di Amerika Serikat (AS) membuktikan bahwa olahraga tetap tidak mengenal usia. Berapa pun usia kamu berolahraga, kami sarankan untuk memulailah. Termasuk orang yang sudah mendekati tua pun bisa berolahraga dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk bisa hidup lebih panjang usianya, orang dewasa disarankan berolahraga selama 150 menit setiap pekan. Para peneliti menguji data 315.059 orang yang berusia 50-71 tentang kebiasaan berolahraga. Penelitian yang dilaksanakan selama 14 tahun, 71.377 orang meninggal dunia, termasuk 22.219 orang yang wafat karena serangan jantung dan 16.388 tewas karena kanker. Ternyata, penelitian itu membuktikan orang yang terbiasa berolahraga sejak usia 36 tahun jarang meninggal pada periode tersebut dan memiliki usia yang lebih panjang. Orang yang cepat meninggal karena jarang aktif berolahraga. “Kita sangat senang melihat hasil bahwa banyak orang yang sering berolahraga di usia pertengahan bisa menikmati kesehatan yang lebih baik,” ungkap pemimpin penelitian Pedro Saint-Maurice dari the National Cancer Institute di Bethesda, Maryland, AS, Minggu (07/04/2019). “Temuan ini menunjukkan jika kamu masih aktif pada usia dewasa, janganlah menyerah. Bila kamu berusia 40 tahunan, tetaplah aktif berolahraga. Jangan ragu untuk mulai berolahraga,” jelasnya. Hal itu juga menyakinkan bahwa orang yang sehat ditunjukkan dengan berolahraga. Tidak masalah apapun jenis olahraganya, tetapi idealnya olahraga tetap teratur dan konsisten. “Ini menjadi pesan bahwa aktivitas fisik menjadi hal penting bagi kesehatan dan usia yang panjang,” ujar Dr Per Ladenvall dari Institute of Medicine, Sahlgrenska Academy di Universitas Gothenburg University di Swedia. (FER/ Reuters)

BERITA TERKAIT