test

News

Jumat, 26 Mei 2023 10:04 WIB

Studi Ungkap Kerusakan Rambut Bisa Jadi Tanda Penyakit Jantung

Editor: Hadi Ismanto

Studi baru mengungkapkan adanya kaitan kondisi rambut dengan kemungkinan adanya penyakit jantung pada seseorang. (Foto: PMJ News/hairstlyecamp)

PMJ NEWS - Sebuah studi baru yang dilakukan di Belanda mengungkapkan adanya kaitan kondisi rambut dengan kemungkinan adanya penyakit jantung pada seseorang, yang disebabkan masalah hormon stres.

Masalah hormon stres sering tandai kondisi rambut buruk, kuku terkelupas, atau kulit pecah-pecah. Fenomena tersebut juga bisa menjadi indikasi serius tentang masalah kesehatan.

Seperti dikutip dari laman Medicaldialy, Jumat (25/5/2023), hormon stres pada rambut dan kulit kepala bisa memprediksi kemungkinan seseorang menderita serangan jantung atau stroke.

Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti menganalisis data dari tingkat hormon di rambut dan kulit kepala pada lebih dari 6.000 sampel rambut yang diperoleh dari pria dan wanita dewasa.

Sampel rambut itu dianalisis dan ditindak lanjut selama lima sampai tujuh tahun. Hasilnya, ditemukan setidaknya 133 kejadian penyakit kardiovaskular selama masa studi.

Individu dengan peningkatan kadar hormon kortisol dan kortison berisiko dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskular. Tapi bagi yang berusia 57 tahun ke atas, tidak ada hubungan kuat antara kortison rambut dan kadar kortisol dengan penyakit kardiovaskular.

Penulis studi dari Pusat Medis Universitas Erasmus di Rotterdam, Profesor Elisabeth van Rossum mengatakan para peneliti berharap analisis rambut berpotensi berfungsi sebagai tes untuk membantu dokter dalam mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular untuk menghasilkan pendekatan pengobatan baru di masa depan.

"Harapan kami adalah bahwa analisis rambut pada akhirnya terbukti bermanfaat sebagai tes yang dapat membantu dokter menentukan individu mana yang mungkin berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular," ungkap Elisabeth.

"Kemudian, mungkin di masa depan penargetan efek hormon stres dalam tubuh bisa menjadi metode baru target pengobatan," sambungnya.

BERITA TERKAIT