test

Fokus

Sabtu, 7 November 2020 09:27 WIB

Perhitungan Suara Pilpres AS Kian Panas, Joe Biden Cetak Sejarah

Editor: Ferro Maulana

Capres AS Joe Biden bersama isterinya. (Foto: PMJ/ Dok Net).

PMJ - Hingar bingar dan resonansi Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2020, tak bisa dipungkiri dirasakan pula di berbagai belahan dunia. Kian menarik lantaran head to head antara Donald Trump menghadapi Joe Biden berlatarbelakang berbagai tantangan global yang didistorsi pandemi beserta dampak turunannya.

Dalam sebuah tulisan berjudul As U.S. Election Hangs in Balance, America’s Allies, Rivals and Foes Watch for What’s Next, Joanna Slater dan Rick Noack dan kawan-kawan menyebut bahwa tingginya atensi dalam Pilpres AS tidak hanya berasal dari para elite politik dan pemerintahan sekutu maupun rivalnya. Tetapi, juga dari publik domestik masing-masing.

Seperti di Kanada, warga negara dan anggota parlemen setempat menganalogikan Pilpres AS sebagai "Olahraga terfavorit penonton kedua" di negara tersebut.

Warga AS mengikuti pemilu. (Foto: PMJ/Dok Net).

Hal senada dengan dimensi berbeda juga terjadi di Australia, Brazil, Tiongkok, Taiwan, kawasan Timur Tengah, Rusia, Selandia Baru, Inggris, Filipina, sampai Indonesia dengan relevansi isunya masing-masing.

Khusus di Tanah Air, pertarungan antara Trump and Biden memantik perhatian dan analisa publik yang tak kalah seru dengan kontestasi elektoral Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto setahun silam.

Walaupun Indonesia secara level politik dan pemerintahan tentu akan bersikap normatif dan tak menaruh keberpihakan, reaksi berbeda dan cukup kontras ditampilkan publik tanah air terhadap dinamika Pilpres quadrennial AS edisi ke 59.

Diskursus isu di media konvensional maupun media sosial mencerminkan antusiasme yang begitu luar biasa. Metadata berupa kata kunci maupun tagar yang terkait dengan Pilpres AS berseliweran cukup intens di berbagai platform jagat maya Indonesia sepanjang sepekan.

Pertarungan Donald Trump Vs Joe Biden. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Lantas, mengapa atensi masif terhadap Pilpres AS semacam ini bisa tercipta? Selain itu, apakah fenomena tersebut mengindikasikan makna kolektif tertentu di tengah dinamika dan konstelasi politik global saat ini?

Joe Biden Mencatat Sejarah

Pertarungan antara Presiden Donald Trump dan pesaingnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, kian panas. Sampai Jumat (6/11/2020) WIB kemarin, belum diketahui pemenang dari pemilihan presiden yang digelar pada 3 November tersebut.

Pemilihan kali ini pun kian menarik karena tingkat partisipasi pemilih sangat tinggi. Tingkat partisipasi pemilih diprediksi akan menjadi yang tertinggi dalam seabad terakhir, hampir 160 juta, mewakili 65 persen pemilih.

Warga Amerika menyaksikan hasil pemilu di televisi. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Penghitungan surat suara masih berlangsung di sejumlah negara bagian. Namun, dari jumlah suara yang sudah dihitung yakni lebih dari 140 juta, untuk sementara Biden unggul dengan 72 juta suara. Adapun kandidat petahana memperoleh 68 juta suara.

Biden menjadi capres dengan perolehan suara pemilih terbanyak sepanjang sejarah pemilu AS. Selain mencetak rekor terkait perolehan suara, Biden juga mencatat sejarah dengan memilih Kamala Harris sebagai calon wakil presiden.

Untuk pertama kalinya ada perempuan kulit berwarna menjadi cawapres dari partai utama di pemilu AS.

Penghitungan surat suara masih berlangsung di sejumlah negara bagian. Tetapi, dari jumlah suara yang sudah dihitung yakni lebih dari 140 juta, untuk sementara Biden unggul dengan 72 juta suara.

Pendukung Joe Biden siap-siap merayakan kemenangan. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Adapun kandidat petahana memperoleh 68 juta suara. Biden menjadi capres dengan perolehan suara pemilih terbanyak sepanjang sejarah pemilu AS.

Selain mencetak rekor soal perolehan suara, Biden juga mencatat sejarah dengan memilih Kamala Harris sebagai calon wakil presiden. Untuk pertama kalinya ada perempuan kulit berwarna menjadi cawapres dari partai utama di pemilu AS.

Rakyat AS menunggu apakah Biden berhasil menyempurnakan catatan sejarahnya dengan memenangi pilpres ataukah Trump mampu membuat kejutan di saat-saat terakhir.

Tak hanya warga AS, dunia juga menunggu pemenang Pilpres negara adidaya itu. Dunia menunggu karena kebijakan Presiden AS turut mewarnai percaturan politik global. Siapa pun pemenangnya, apakah Trump atau Biden, Pilpres AS kali ini telah sukses dalam bentuk antusiasme pemilih yang tinggi.

Besarnya Kesadaran Politik Warga AS

Pemilu di AS. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Hal itu menegaskan besarnya kesadaran politik warga untuk menentukan nasib bangsanya sebagai pondasi demokrasi. Bahkan wabah pandemi Covid-19 pun tak menyurutkan warga untuk menentukan pilihan.

Tingginya antusiasme warga AS dan keunggulan perolehan suara sementara Biden juga menjadi cerminan penolakan atas populisme berbasis nasionalisme sempit yang akhir-akhir banyak dialami sejumlah negara.

Keunggulan Biden diharapkan bisa lebih berdampak positif pada bidang politik dan ekonomi bagi dunia, termasuk Indonesia. Politik populisme Trump dianggap sebagai biang bangkitnya gerakan supremasi kulit putih hingga gesekan antarkelas dan antarras di ‘Negeri Paman Sam’ meningkat di mana-mana.

Tak jauh berbeda pula dalam hal hubungan global. Pemerintah Trump selama ini juga cenderung mengeluarkan kebijakan yang keras soal imigrasi dan kebijakan proteksi ekonomi. Bahkan Trump kerap dinilai rasialis dan tidak mendukung kerja sama internasional. Biden, jika keluar sebagai pemenang, membawa harapan baru.

Donald Trump. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Biden muncul dengan gagasan menjunjung tinggi keberagaman ras, juga mampu menggugah lebih banyak lagi warga AS untuk berpartisipasi menentukan nasib bangsanya.

Gambaran harapan terwujudnya perubahan dan perdamaian untuk masa depan negeri adidaya tersebut terbuka lebar. Dunia menunggu apakah Biden mampu menorehkan sejarah baru.

Bila mampu, Biden diharapkan dapat meneguhkan kembali keyakinan pada demokrasi. Bahwa demokrasi benar-benar mengakomodasi keinginan rakyat Amerika yang beragam, tidak terdistorsi oleh sentimen dan politik populisme sempit.

Berbeda dari Trump yang mengumumkan kemenangan, Biden tidak kunjung melakukan tindakan serupa. Dalam pernyataan terbarunya, Biden hanya menjanjikan akan menjadi presiden bagi seluruh AS.

Biden Lebih Untungkan Indonesia Ketimbang Trump

Siapapun yang nantinya memenangkan Pilpres AS ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap dunia, khususnya di sektor ekonomi.

Selain itu, visi misi dari kedua Calon Presiden AS tersebut akan mempengaruhi aspek strategis yang menentukan ekonomi Indonesia.

Biden bisa lebih menguntungkan Indonesia terutama dalam kaitan Laut China Selatan yang dalam beberapa tahun ini agresif dilakukan Tiongkok.

Joe Biden juga berjanji untuk mengatasi sengketa perdagangan dengan Tiongkok secara multilateral melalui WTO.

Berikutnya, faktor calon wakil presiden Kamala Harris maka AS kemungkinan kembali memandang secara khusus Asia seperti era Barrack Obama.

Meski begitu, isu hak asasi manusia (HAM) dan keseteraan yang menjadi trademark Demokrat bisa bermasalah bagi Indonesia.

Sedangkan, jika Trump kembali ke gedung putih, dia akan melanjutkan perang dagang dengan Tiongkok.

Bea masuk tinggi bagi produk impor akan memberatkan investor asing yang mempunyai pabrik di Tiongkok . Ini membuat mereka terpaksa melirik negara lain.

Jika Trump menang, maka pasar keuangan domestik Indonesia akan lebih tertekan jika dibandingkan dengan Joe Biden yang menang.

Trump lebih membiarkan negara lain mengurusi diri sendiri, sebaliknya Biden bakal mengajak serta negara lain dalam menyikapi Tiongkok.

Di samping itu, data ekspor Indonesia ke Amerika tercatat Indonesia merupakan mitra dagang ke-50.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan September 2020 surplus 2.44 miliar dolar AS untuk kelima kalinya tahun ini sejak Mei 2020.

Lima produk ekspor andalan, pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik dan furnitur.

Presiden Donald Trump akhirnya memperpanjang fasilitas sistem tarif GSP yang merupakan fasilitas perdagangan pembebasan tarif bea masuk kepada negara-negara berkembang. (AP/ BBC/ Metro/ Daily Express/ Fer).

BERITA TERKAIT