test

Kesehatan

Jumat, 6 Maret 2020 17:00 WIB

5 Mitos Virus Corona Ini Tak Terbukti Secara Ilmiah

Editor: Hadi Ismanto

Puluhan ribu orang di seluruh dunia terjangkit virus corona. (Foto: PMJ News)

PMJ - Penyebaran virus corona yang semakin meluas ke sejumlah negara. Beragam informasi mewarnai maraknya dinamika penularan dan pencegahannya. Tidak sedikit dari info tersebut justru hanya hoaks dan mitos yang tak terbukti secara ilmiah.

Seperti dilansir dari berbagai sumber, Jumat (6/3/2020), berikut beberapa mitos tentang virus baru yang disebut SARS-Cov-2 sehingga menyebabkan penyakit COVID-19 dan virus secara umum.

1. Mitos masker melidungi anda dari infeksi

Orang-orang berebut membeli masker wajah sebagai tanggapan terhadap epidemi COVID-19. Pejabat merekomendasikan bahwa hanya perofesional kesehatan yang merawat orang sakit dan orang yang sedang sakit yang harus memakainya.

Tidak semua masker wajah akan sama efektifnya dalam memblokir atau menahan virus.  COVID-19 tampaknya tidak dapat bertransmisi melalui udara, artinya udara yang anda hirup kemungkinan besar baik-baik saja.

Virus ini kebanyakan menginfeksi orang melalui kontak dengan orang sakit atau permukaan, dan kemudian menyentuh wajah mereka sendiri. Ini berarti bahwa mencuci tangan secara teratur akan memberikan banyak perlindungan daripada mengenakan masker.

2. Mitos pembersih tangan bisa membunuh virus

Pembersih tangan berbasis alkohol telah terbukti relatif tidak efektif terhadap virus corona. Tetapi beberapa penelitian menunjukan ini dapat membantu mengurangi virus influenza A (H1N1).

Studi lain menunjukan bahwa sabun dan air lebih baik daripada tiga pembersih tangan berbahan dasar alkohol. Di sisi lain produk yang mengandung senyawa klor seperti natrium hipoklorit tampaknya efektif dalam mengilangkan virus.

3. Mitos Mitos tidak aman menerima paket dari China

WHO menyatakan bahwa paket, surat, atau bahan makanan dari China masih aman untuk diterima. CDC menyebut, risiko penyebaran virus corona melalui produk atau paket sangat rendah.

Virus corona SARS dan MERS memang diklaim bisa hidup selama sembilan hari pada benda mati. Sementara virus corona jenis baru atau SASR CoV-2 disebut punya kemampuan serupa.

4. Mitos pasien COVID-19 sudah pasti meninggal dunia

Informasi yang menyebut bahwa infeksi virus corona pasti menyebabkan kematian adalah salah kaprah. Hingga saat ini (4/3), data mencatat sekitar 83 persen pasien Covid-19 memiliki gejala yang ringan.

Data menunjukan hanya 17 persen di antaranya yang berada dalam kondisi kritis. Tingkat kematian akibat virus corona juga disebut hanya sekitar 3,8 persen. Mayoritas kasus kematian terjadi pada lansia dan orang yang sudah memiliki komplikasi atau penyakit lain.

5. Mitos thermal scanner mendeteksi virus corona

Thermal scanner tidak dapat mendeteksi virus corona. Termal scanner merupakan alat yang efektif untuk mendeteksi orang yang demam, ditandai dengan suhu badan tinggi. Demam merupakan salah satu gejala virus corona, tapi tidak semua demam disebabkan oleh virus corona. Virus corona hanya dapat diketahui dengan tes di laboratorium oleh petugas kesehatan.(Iza/Hdi)

BERITA TERKAIT