logo-pmjnews.com

Kesehatan

Sabtu, 4 September 2021 22:01 WIB

Waspada, Perempuan Lebih Beresiko Serangan Jantung Akibat Tekanan Kerja

Editor: Hadi Ismanto

Sejumlah penyakit meski diwaspadai dan dicegah sebelum berakibat fatal. (Foto: PMJ News/Dok Net).
Sejumlah penyakit meski diwaspadai dan dicegah sebelum berakibat fatal. (Foto: PMJ News/Dok Net).

PMJ NEWS - Sebuah studi terbaru mengungkap stres kerja, gangguan tidur, dan kelelahan dianggap sebagai faktor risiko serangan jantung dan stroke. Kondisi ini meningkat lebih tajam terhadap perempuan.

Studi yang dipresentasikan pada Konferensi Organisasi Stroke Eropa ini membandingkan data dari 22.000 pria dan wanita Swiss antara 2007 dan 2017. Demikian seperti dilansir lamanThe Sun, Sabtu (4/9/2021).

Hasil studi pun menemukan dua pertiga orang dewasa mengeluhkan stres akibat pekerjaan, yang mana sebanyak 66 persen terdeteksi pada 2017 dan 59 persen terdeteksi pada 2012.

Peningkatan jumlah orang dewasa yang mengeluhkan stres pekerjaan ini juga bersamaan dengan naiknya proporsi wanita yang bekerja penuh waktu selama periode tersebut, yakni dari 38 persen menjadi 44 persen.

Sebanyak 1 dari 3 wanita atau sekitar 33 persen wanita merasa selalu lelah dan lemah dibandingkan dengan 26 persen pria. Selama penelitian ini, sebanyak 8 persen wanita lebih sering mengalami masalah tidur dibandingkan pria yang hanya 5 persen.

Tapi, risiko penyakit jantung yang dipicu oleh tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol tinggi masih lebih tinggi pada pria. Dr Martin Hänsel dari University of Zurich mengatakan, stres pekerjaan cenderung membuat pria sering merokok dan gemuk.

"Tetapi, perempuan melaporkan peningkatan yang lebih besar dalam faktor risiko non-tradisional untuk serangan jantung dan stroke, seperti stres kerja, gangguan tidur dan kelelahan," ujar Dr Martin.

Para peneliti membandingkan data dari 22 ribu lelaki dan perempuan dalam Survei Kesehatan Swiss dari 2007, 2012, dan 2017, dan menemukan peningkatan ‘mengkhawatirkan’ dalam jumlah perempuan yang melaporkan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Tren ini bertepatan dengan peningkatan jumlah perempuan yang bekerja penuh waktu dari 38 persen pada 2007 menjadi 44 persen pada 2017.

BERITA TERKAIT