Rabu, 30 Juni 2021 10:05 WIB
Saran Dokter Reisa Agar Anak Tidak Takut Tes Swab
Editor: Hadi Ismanto
PMJ NEWS - Virus Corona tidak hanya menyerang orang berusia dewasa, saat ini kelompok anak-anak pun rentan terpapar Covid-19. Karena itu, orangtua harus waspada dan secepatnya melakukan tes PCR apabila sang buah hati terinfeksi.
Namun, masalahnya anak-anak cenderung mudah merasa khawatir ketika hendak melakukan tes. Pasalnya, alat swab yang dimasukkan ke dalam rongga hidung dan mulut tampak seperti menyakitkan.
"Kadang-kadang memang pemeriksaan ini menakutkan bagi anak, karena mungkin anak belum pernah melakukan, jadi yang pertama kali. Jadi wajar psikis anak harus diperhatikan, makanya dikasih tahu dulu prosesnya nanti seperti apa," ungkap dr Reisa Broto Asmoro dalam sebuah diskusi, Senin (28/6/2021).
Reisa menuturkan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan para orang tua ketika hendak mengajak anaknya melakukan tes Covid-19. Salah satunya dengan memberikan pemahaman tatalaksana pemeriksaan dengan bahasa sederhana sesuai usia anak.
"Jangan tiba-tiba anak dibawa ke tempat pemeriksaan atau labnya, kemudian langsung di didudukan, dipegang kepalanya, dan langsung diswab, pasti anaknya kaget, ini saya mau diapain," ujarnya.
Misalnya, kata dr Reisa, dengan menciptakan istilah-istilah sederhana yang ramah didengar oleh anak, seperti alat swab menjadi 'cotton bud panjang'. Kemudian dijelaskan fungsi tes ini untuk mengetahui apakah ada virus atau tidak di tubuh mereka, yang terpenting jangan sampai membuat anak menjadi panik.
"Kalau saya suka kasih tahu dulu ke anak-anak itu (alat swab) istilahnya cotton bud panjang. Nanti dimasukkan cotton bud ke hidung, nanti cuma diputar-putar di hidung, geli-geli sedikit, sakit-sakit sedikit saja, kemudian nanti segera ditarik," jelas dr Reisa.
"Nanti di lubang satunya sama di mulut, habis itu sudah deh. Habis itu kita periksa ada virusnya nggak nih di tubuh kamu," tambahnya.
Kapan anak harus dites Covid-19
dr Reisa menjelaskan anak-anak harus segera dites COVID-19 ketika mengalami gejala Corona, seperti batuk, demam, diare, atau kehilangan indra penciuman dan perasa.
Namun, apabila mereka tidak mengalami gejala, tes COVID-19 bisa dilakukan ketika ada orang terdekat yang terkonfirmasi positif Corona.
"Kalau misalnya dia nggak bergejala, mungkin orang di sekitarnya dulu yang bisa dilakukan pemeriksaan. Kalau orang sekitarnya ternyata positif, maka anaknya juga harus dilakukan tes PCR," tukasnya.