test

Kesehatan

Jumat, 5 Februari 2021 10:02 WIB

Apakah Makan Jeruk Bakar Campur Gula Pulihkan Anosmia Covid? Ini Kata Ahli

Editor: Hadi Ismanto

Ahli menjelaskan tidak ada alasan makan jeruk bakar campur gula sembuhkan penciuman akibat Covid-19. (Foto: PMJ News/Dok Net).

PMJ NEWS - Gejala umum Covid-19 biasanya ditunjukan dengan hilangnya inderan perasa atau penciuman. Bahkan bagi sebagian orang, masalah sensorik ini bisa dialami selama berbulan-bulan.

Sebagai alternatif terapi penyembuhan ini, sejumlah pengguna TikTok menggunakan cara dengan memakan jeruk yang dibakar yang dicampurkan gula merah. Beberapa diantaranya mengaku berhasil dan akhirnya menjadi viral.

Salah satunya video yang viral diunggah dan dibagikan chelsiehill_. Dia mempraktikan cara ini dengan membakar jeruk utuh di kompor, mengupas kulitnya yang sudah hitam, dan memakan buahnya dengan tambahan gula merah.

Menanggapi hal ini, seorang ahli otolaringologi Jay Piccirillo mengatakan tidak ada alasan ilmiah bahwa makan jeruk yang dibakar akan membuat penderita Covid-19 kembali dapat merasakan atau membaui sesuatu.

"Anosmia Covid atau hilangnya penciuman, diyakini disebabkan oleh kerusakan struktur di sekitar saraf yag terkait dengan penciuman," ungkap Jay Piccirillo seperti dilansir laman Insider, Jumat (5/2/2021).

Piccirillo menambahkan, pelatihan penciuman bagi penderita Covid-19 yang mengalami gejala tersebut bisa dilakukan dengan menghirup bau yang kuat seperti kayu manis, mint, atau jeruk, dan membuat mereka berkonsentrasi pada ingatan akan baunya.

"Kami rasa ini efektif dengan neuroplastisitas, kemampuan otak untuk berubah. Otak kita terus berubah saat kita belajar dan mengalami hal baru. Pada anosmia Covid, dalam beberapa hal, saraf dalam sistem penciuman telah diubah oleh virus," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Piccirillo, terapi penciuman bagi penyotas Covid-19 juga dapat dilakakukan dengan berlatih mencium minyak esensial. Media ini dipercaya dapat memperbaiki saraf yang terkait dengan penciuman.

"Semakin cepat Anda mulai berlatih setelah terinfeksi, semakin besar kemungkinan otak memiliki kemampuan untuk kembali ke keadaan semua," tukasnya.

BERITA TERKAIT