test

News

Jumat, 16 Agustus 2019 18:00 WIB

BMKG Jelaskan Tentang Musim Hujan di Indonesia

Editor: Redaksi

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika. (Foto: Ilustrasi/ PMJ News/ FIF).
PMJ - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan soal musim hujan di berbagai daerah di Tanah Air akan mengalami kemunduran. "Curah hujan awal musim hujan akan mundur 10-30 hari dari normalnya. Mundurnya akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia," terang Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Jumat (16/08/2019). Dwikorita kembali menuturkan, bahwa mundurnya musim hujan akan terjadi di sebagian besar wilayah Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan bagian selatan, Pulau Sulawesi bagian barat dan selatan, Kepulauan Maluku, Bali, NTB, NTT dan lainnya. Masih dari keterangannya, waktu mundurnya musim hujan yang sangat bervariasi 10-30 hari tersebut merunut 342 zona musim di Indonesia. Lanjutnya, mundurnya musim penghujan itu salah satunya seiring melemahnya gelombang El Nino yakni gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar ekuator khususnya di bagian tengah dan timur. "El Nino lemah hingga akhir tahun 2019," tambahnya. Dengan berakhirnya El Nino mulai Agustus 2019, menurutnya, menyebabkan anomali suhu muka air laut di Samudera Pasifik menjadi kembali netral hingga akhir 2019 dan cenderung dingin. Maka dinginnya permukaan laut tidak menyebabkan penguapan air yang biasa terakumulasi menjadi awan hujan. Kondisi iklim di Indonesia sangat dipengaruhi muka air laut di Samudera Hindia dan kepulauan Indonesia terutama di sebelah barat Sumatera dan area selatan khatulistiwa. "Suhu lebih dingin dari suhu normal 26-27 derajat Celcius. Penguapan air laut jadi lebih sulit terjadi. Awan-awan hujan jadi berkurang sehingga implikasi curah hujan jadi rendah," ujarnya menambahkan. Dwikorita memaparkan, kondisi suhu muka air laut dingin itu akan terus berlangsung sampai Oktober yang berdampak awan sulit terbentuk dan curah hujan rendah. Selain karena meluruhnya El Nino, cuaca kemarau yang sifatnya dingin dan kering itu dipengaruhi angin muson dari benua Australia menuju Indonesia. Bahkan, angin muson sendiri mirip dengan angin laut namun ukurannya lebih besar, lebih kuat dan lebih konstan. Adapun daratan Austalia sedang mengalami musim dingin. "Kita di musim kemarau ini kering bahkan mundur akan berakhir sampai November," katanya lagi. Atas potensi kemarau yang cukup lama, dirinya pun mengimbau sejumlah pihak untuk lebih melakukan tindakan perlu berkenaan permasalahan ketersediaan air baku, pengelolaan pertanian, aktivitas masyarakat dan lainnya. "Tentu perlu mewaspadai kondisi kering yang berlangsungnya sampai November. Semoga langkah-langkah antisipasi dapat dilakukan," tandasnya. (BMKG/ FER).

BERITA TERKAIT