test

Kesehatan

Jumat, 20 November 2020 10:02 WIB

Riset: Perokok Elektrik Cenderung Rentan Terpapar Covid-19

Editor: Hadi Ismanto

Perokok elektrik cenderung lebih rentan tertular Covid-19. (Foto: PMJ News/Dok Net)

PMJ - Kelompok peneliti UNC-Chapel Hill mengemukakan jika orang-orang yang menggunakan rokok elektrik atau vape secara signifikan mengubah respons kekebalan terhadap virus influenza.

Para peneliti lebih memusatkan perhatian pada potensi risiko kesehatan dari rokok elektrik. Ini terutama berlaku dengan pandemi terkait pernapasan di seluruh dunia, terutama peningkatan Covid-19 di seluruh AS.

Tetapi jika dibandingkan dengan bukan pengguna, orang yang menggunakan rokok elektrik menunjukkan lebih banyak perubahan pada gen kekebalan di sel pernapasan mereka yang melawan virus.

Mereka juga menunjukkan tingkat antibodi yang tertekan. Di banyak peserta penelitian, perubahan ini bahkan lebih terlihat di antara pengguna rokok elektrik daripada di kalangan rokok biasa.

Temuan yang membandingkan pengguna rokok elektrik dengan rokok biasa dan non-perokok ini, dipublikasikan di jurnal medis American Journal of Respiratory Cell and Molecular Biology.

Sementara penelitian difokuskan pada model flu, temuan menunjukkan bahwa pengguna rokok elektrik cenderung lebih rentan terhadap virus pernapasan seperti Covid-19 daripada non-perokok.

"Kami tidak ingin melihat adanya penekanan gen, protein, dan antibodi yang terlibat dalam respons imun," ujar Meghan Rebuli, asisten profesor di Departemen Pediatri UNC seperti dilansir laman Medical Xpress, Jumat (20/11/2020).

"Anda tidak boleh menghirup segala jenis produk yang berhubungan dengan tembakau, itu semua merusak respons kekebalan Anda terhadap virus," sambungnya.

Studi UNC juga membandingkan jenjang usia 18 dan 40 tahun. Para peneliti menginokulasi partisipan dengan virus influenza hidup yang dilemahkan, model infeksi flu yang memungkinkan para peneliti untuk dengan aman memeriksa respons imun pada subjek.

Setelah membandingkan cairan hidung dan penanda lain dari pasien, para peneliti tidak menemukan bahwa viral load, atau jumlah virus pada seseorang, berbeda di antara ketiga kelompok dalam penelitian.

Tetapi mereka menemukan penurunan ekspresi gen kekebalan yang penting untuk pertahanan melawan virus serta gen yang membantu melatih tubuh untuk mencegah infeksi ulang.

Menurut Rebuli, penemuan ini bisa menjadi mengkhawatirkan untuk efektivitas vaksin di antara populasi ini. Gen ini juga penting untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali virus yang pernah ditemuinya sebelumnya.

"Tubuh Anda dapat mengenali virus dan menciptakan semacam memori kekebalan yang mencegah Anda dari infeksi berikutnya. Begitulah cara kerja vaksin," jelasnya.

"Pertanyaannya di sini adalah, jika ini adalah vaksin yang 90% efektif, apakah akan sama efektifnya pada pengguna rokok elektrik, atau apakah mereka akan mengalami masalah dalam membangkitkan memori kekebalan?" tukasnya.(Hdi)

BERITA TERKAIT