test

News

Kamis, 23 Juli 2020 08:00 WIB

Ketegangan AS dengan Tiongkok, Harga Minyak Turun Tipis

Editor: Ferro Maulana

Harga minyak dunia terdampak virus Corona (Foto: Dok Net/Ilustrasi)

PMJ- Harga minyak turun tipis di akhir perdagangan Rabu (22/07/2020/ waktu Amerika Serikat) malam atau (Kamis 23/07/2020 pagi WIB), usai melambung sehari sebelumnya, tertekan data pemerintah yang menunjukkan kenaikan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS serta ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang makin meningkat.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun tiga sen menjadi ditutup pada 44,29 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September kehilangan dua sen menjadi menetap di 41,90 dolar AS per barel.

Persediaan minyak mentah dan sulingan AS naik secara tak terduga, sedangkan permintaan bahan bakar tergelincir dalam pekan terakhir, kata Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (22/07/2020), lantaran peningkatan tajam dalam kasus covid-19 telah mulai memukul konsumsi AS.

Persediaan minyak mentah naik 4,9 juta barel dalam sepekan hingga 17 Juli menjadi 536,6 juta barel, ketimbang dengan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,1 juta barel. Produksi naik 100 ribu barel menjadi 11,1 juta barel per hari.

"Secara keseluruhan, ini akan menunjukkan bahwa pemulihan permintaan yang kami lihat dari bawah tampaknya macet," tutur Phil Flynn, analis senior pada Price Futures Group di Chicago, AS.

Kemudian Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa (21/7/2020) bahwa wabah pandemi Covid-19 mungkin akan memburuk sebelum membaik, sebuah pergeseran dari penekanan sebelumnya yang kuat pada pembukaan kembali ekonomi.

Bjornar Tonhaugen selaku Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, mengatakan komentar Trump mungkin disambut baik oleh investor karena mereka merupakan yang paling diukur olehnya atau pemerintahannya sejauh ini.

"Hal ini bisa menjadi positif bagi prospek permintaan minyak. Alih-alih gelombang penguncian kedua yang tidak terkontrol dan mengganggu, mungkin sekarang ada peluang bahwa Amerika Serikat pada akhirnya akan mendapatkan penyebaran terkendali,” ungkap Tonhaugen.

Tetapi, pertikaian baru antara Washington dan Beijing menekan harga minyak setelah Amerika Serikat mengatakan Konsulat Tiongkok di Houston akan ditutup dan sebuah sumber mengatakan Tiongkok tengah mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di kota Wuhan.

Menambah tekanan menjadi tanda-tanda bahwa Irak, produsen terbesar kedua di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, masih belum memenuhi targetnya di bawah pakta yang dipimpin OPEC untuk memotong pasokan. (FER).

BERITA TERKAIT