test

News

Selasa, 1 September 2020 12:09 WIB

Dampak Covid-19, Perempuan Tangguh Indonesia Bantu Permodalan Nelayan Tambak Lorok

Editor: Fitriawan Ginting

Penandatanganan perjanjian kepada nelayan. (Foto : PMJ/Ist).

PMJ- Nelayan berperan penting dalam memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi baik di Desa sampai ke Kota. Perannya sangat penting bagi kemandirian pangan masyarakat melalui penyediaan bahan pangan berkualitas. Karena itulah, nelayan penting untuk diperhatikan, terutama permodalannya dan juga hal-hal lainnya.

Masih dalam suasana HUT Kemerdekaan RI ke-75, aktivis Perempuan Tangguh Indonesia (PTI) berkunjung langsung ke Pantai Tambak Mulyo atau Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, diisi dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Permodalan Nelayan dan Usaha Perikanan antara PTI dengan Koperasi Nelayan ‘Layar Maju Bersama’. Dani Setiawan selaku Ketua Harian DPP Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) memfasilitasi pertemuan tersebut.

Penandatanganan perjanjian kepada nelayan. (Foto : PMJ/Ist).

Disampaikan Dani Setiawan, pertemuan ini merupakan kelanjutan program PTI untuk membantu nelayan-nelayan tradisional di Indonesia, setelah pembagian bantuan sembako PTI yang dikoordinasikan oleh KNTI. Upaya kelanjutan PTI untuk membantu permodalan nelayan tradisional melalui Koperasi Nelayan adalah langkah nyata PTI dalam membantu perekonomian nelayan di wilayah-wilayah pesisiran.

“Ini wujud nyata dari PTI untuk nelayan di sini (Tambak Loro). Kami sangat berterimakasih sekali dengan apa yang telah diberikan atau dibantu untuk para nelayan,” ungkap Dani Setiawan mewakili para nelayan.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum I PTI, Dede Radinal mengatakan, pemberian pinjaman modal nelayan dan usaha perikanan ini adalah tahap pertama dalam program PTI untuk nelayan. Dana pinjaman ini adalah dana pinjaman bergulir yang akan dikelola Koperasi Layar Maju Bersama. Apabila dana ini dapat efektif membantu para nelayan, maka PTI akan menambah kembali jumlah dana dukungan tersebut.

PTI sangat konsern dengan yang dialami para nelayan. (Foto : PMJ/Ist).

“PTI tidak hanya menyiapkan dana pinjaman ini, selanjutnya kami akan memberikan bantuan lain seperti pelatihan pengolahan hasil tangkapan ikan, bahkan pembangunan Solar Dome, bangunan bersuhu panas untuk pengeringan ikan. Bapak dan Ibu nelayan seperti lautan, dan kami menjadi anginnya. Kita menciptakan gelombang bersama-sama. Laut kadang pasang, kadang surut, tetapi selalu menjadi sumber kehidupan kita”, kata Dede Radinal.

Myra Winarko selaku Ketua Umum PTI menambahkan, Perempuan Tangguh Indonesia adalah gerakan massif perempuan dalam membantu pemerintah mengatasi dampak COVID-19 yang berdampak secara luas. Terlebih lagi kepada para nelayan.

“Kami telah melakukan berbagai fase, dari mulai membagikan sembako, membangun dapur-dapur umum, menssupport APD bagi tenaga medis di ratusan rumah sakit dan puskesmas, hingga membangun kerjasama dengan UKM-UKM. Sekarang, kita ada pada fase pemulihan ekonomi, dan kami memiliki program untuk pemulihan ekonomi pada kelompok masyarakat paling rentan seperti penyandang cacat, nelayan, dan petani. Dana yang digalang tidak diberikan untuk keperluan konsumtif, tetapi diupayakan untuk memulai kembali usaha-usaha yang bisa sustainable.” tegas Myra Winarko.

“Dalam rangkaian hari kemerdekaan ini, PTI telah membuka kelas pelatihan pembuatan makanan untuk penyandang tuli. Beberapa sesi pelatihan telah diberikan, dan tahap selanjutnya adalah membangun restoran-restoran atau café-café khusus untuk penyandang tuli. Café-café tersebut akan segera dibuka di 3 tempat di Jakarta pada akhir tahun ini,” sambung Myra.

PTI terus bergerak membantu para nelayan Indonesia. (Foto : PMJ/Ist).

Dalam keterangannya usai penandatanganan Perjanjian Kerja Sama, Dede Radinal mengungkapkan bahwa tujuan utama PTI adalah untuk membangun peer to peer selling and distribution.

“Kita tidak dapat menutup mata terhadap situasi yang terjadi sekarang ini, terutama sebagai dampak dari COVID-19. Nelayan tidak dapat menjual hasil tangkapannya, petani harus menjual harga komoditasnya dengan sangat murah. Sementara, konsumen tetap sulit untuk membeli kebutuhan pangan karena harga yang masih tetap mahal. Belum lagi persoalan menjamurnya para rentenir dan tengkulak yang banyak menjerat petani dan nelayan kita,” jelas Dede.

“PTI merupakan gerakan ibu-ibu di perkotaan. Kami yakin, kami bisa menjadi distributor hasil pertanian dan perikanan di wilayah perkotaan terutama Jakarta. Sehingga, kita dapat menjaga agar harga pembelian hasil pertanian dan perikanan tetap dapat menyokong kehidupan petani dan nelayan. Di sisi lain, harga kebutuhan pokok pangan di perkotaan bisa ditekan lebih murah,” lanjut Dede.

Inilah yang menjadi gagasan PTI untuk membangun mekanisme distribusi dari petani dan nelayan langsung ke dapur ibu-ibu di perkotaan. Setidaknya, dalam situasi sulit ini, dapat dikontribusikan Perempuan Tangguh Indonesia untuk membantu pemerintah menyelamatkan dan memulihkan perkonomian rakyat. (Gtg-03).

BERITA TERKAIT