logo-pmjnews.com

News

Jumat, 31 Maret 2023 18:00 WIB

Kultum Ramadhan: Memahami Puasa dan Hakekatnya Bagi Seorang Muslim

Editor: Ferro Maulana

Ilustrasi menjalani puasa Ramadan. (Foto: PMJ News/Hadi)
Ilustrasi menjalani puasa Ramadan. (Foto: PMJ News/Hadi)

PMJ NEWS -  Dalam menyempurnakan keislaman, umat muslim diwajibkan melakukan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yang menjadi salah satu dari rukun Islam.

Adapun ibadah puasa dilakukan selama satu bulan penuh dengan berbagai dalil yang dijadikan dasar hukum untuk mengerjakannya.

Mengutip dakwah Nabi Muhammad saw, Allah telah menyampaikan firman-Nya tentang perintah puasa, termasuk keistimewaan dan rambu-rambu yang harus diperhatikan yang termaktub di dalam Alquran. 

Berkenaan puasa ini, terdapat lima (5) ayat dalam Alquran surat Al-Baqarah yang sangat populer dan sering dikaji saat bulan Ramadhan.

Ayat yang berurutan mulai 183-187 ini memuat poin-poin penting yang sangat berguna untuk memahami puasa dan hakikatnya, sehingga akan lebih menguatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.  

  1. Surat Al-Baqarah Ayat 183

   يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣  

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.  

Poin penting tersebut dalam ayat ini antara lain:

Perintah panggilan untuk menjalankan puasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Orang beriman adalah orang yang percaya pada firman Allah sehingga akan melaksanakannya dengan sepenuh hati sebagai sebuah kebutuhan jasmaniah dan rohaniah dalam bingkai ibadah.

Perintah puasa bukan hanya diwajibkan kepada umat Nabi Muhammad namun juga diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya. Tujuan puasa adalah untuk menjadikan umat Nabi Muhammad sebagai umat yang bertakwa yakni takut kepada Allah.

Sementara, orang bertakwa akan senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah swt  

  1. Surat Al-Baqarah Ayat 184

 اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ۝١٨٤  

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.   Poin penting dalam ayat ini yakni: Ibadah puasa telah ditentukan hitungan waktu dan harinya oleh Allah swt yakni selama bulan Ramadhan (29 atau 30 hari). Allah memberikan keringanan kepada orang-orang yang sakit dan musafir, untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadan dan menggantinya pada hari-hari lain di luar bulan tersebut. Bagi yang berat menjalankannya seperti orang tua, wanita hamil dan menyusui, sakit yang tidak ada harapan sembuh, maka diwajibkan membayar fidyah. Pentingnya kerelaan hati untuk menjalankan ibadah puasa karena akan membawa kebaikan yang lebih bagi yang melakukannya. Ada hikmah dan manfaat yang mendalam bagi orang yang melakukan puasa dari sisi kesehatan. Jika manusia tahu tentang manfaat ini, maka tentu puasanya akan dilakukan dengan antusias dan meraih kualitas serta kuantitas puasa.  

  1. Surat Al-Baqarah Ayat 185

  شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ۝١٨٥ 

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.”  

 Poin penting dalam ayat tersebut yaitu,  diturunkan di bulan Ramadhan yang memiliki banyak fungsi yakni petunjuk, penjelasan-penjelasan, dan pembeda antara yang hak dan yang batil. 

Panduan kapan memulai dan mengakhiri berpuasa Ramadhan yakni dengan melihat bulan (rukyatul hilal). Sesuai hadits Nabi, apabila bulan tertutup disebabkan cuaca yang berawan, maka bulan Sya'ban disempurnakan tiga puluh hari.

Kebijaksanaa Allah untuk senantiasa memberikan kemudahan-kemudahan bagi hamba-Nya yang menjalankan ibadah puasa. Allah tidak memberikan kesulitan dalam memerintahkan puasa dengan keringanan-keringanan yang telah diberikan.

Pentingnya menuntaskan puasa sampai dengan akhir Ramadhan dan kemudian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kita agar menjadi orang-orang bersyukur saat datang Hari Raya Idul Fitri.   

  1. Surat Al-Baqarah Ayat 186

  وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ۝١٨٦  

Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”  

Sedangkan, poin penting dalam ayat ini yakni: Mengingatkan dan meyakinkan kepada kita bahwa Allah swt dekat dengan hambaNya. Sehingga siapa yang meminta kepadaNya maka akan didengar dan diberi olehNya Permintaan kepada Allah diwujudkan dalam bentuk doa.

Doa ini harus dibarengi dengan sikap senantiasa patuh dan beriman kepada Allah swt jika ingin dikabulkan. Dengan dekat dan senantiasa berdoa kepada Allah, maka kita akan senantiasa mendapatkan petunjuk dan selalu berjalan sesuai koridor yang telah ditentukan Allah swt.  

  1. Surat Al-Baqarah Ayat 187 اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ ۝١٨٧

Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.”  

Poin penting dalam ayat itu antara lain: Diperbolehkannya berhubungan badan dengan istri di malam hari puasa Ramadhan karena suami ibarat pakaian bagi istrinya dan begitu sebaliknya, serta dilarang melakukan hal tersebut di siang hari.

Batasan waktu diperbolehkannya makan dan minum pada malam hari saat berpuasa yakni dimulai dari buka puasa sampai dengan terbitnya fajar.

Pada siang harinya tidak boleh makan dan minum sampai dengan malam saat buka puasa datang. Muara dari semua ayat-ayat tentang puasa yang dijelaskan ini adalah agar manusia bertakwa kepada Allah swt.

 

BERITA TERKAIT