logo-pmjnews.com

News

Senin, 2 Mei 2022 07:07 WIB

Khutbah Idul Fitri: Ramadhan Tempa Pribadi Muslim Jadi Lebih Baik

Editor: Ferro Maulana

Sholat Ied. (Foto: Dok Net/ Istimewa)
Sholat Ied. (Foto: Dok Net/ Istimewa)

PMJ NEWS -  Pada hari ini Senin (2/5/2022) di hari raya ini, kita semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan.

Umat muslim merayakan keberhasilan kita menundukkan hawa nafsu. Kita rayakan kesuksesan kita mengalahkan tipu daya setan. Kita rayakan kemenangan karena kita telah melewati Ramadhan dengan berbagai ibadah dan kebaikan.  

Di hari raya ini, kita juga semestinya merayakan kelulusan dari Madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.

Sebaliknya, bila keluar dari Madrasah Ramadhan kita belum menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih kalah dengan tipu daya setan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan kemenangan? Layakkah kita berhari raya?

Sepatutnya, apa yang kita rayakan pada hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?  

Karena itu, hadirin sekalian, marilah kita bermuhasabah. Kita introspeksi dan evaluasi diri kita. Apakah kita telah layak merayakan kemenangan di hari raya ini?  

Hadirin jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia, Ramadhan tiada lain adalah madrasah yang menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yakni pribadi yang memenuhi hak Allah SWT dan hak sesama hamba.

Pribadi yang melakukan kewajiban kepada sesama hamba dan kewajiban kepada Allah  subhanahu wata’ala.   Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan, muslim ditempa untuk menerima berbagai pelajaran.

1.Takwa

Tujuan utama dari puasa adalah la’allakum tattaquun. Artinya, puasa Ramadhan diwajibkan agar menjadi wasilah bagi kita untuk meraih ketakwaan.

Saat berpuasa, kita mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meninggalkan syahwat makan, minum dan syahwat-syahwat lainnya.

Kita melakukan hal tersebut tiada lain karena kecintaan kita kepada Allah SWT lebih besar daripada kecintaan kita kepada diri kita sendiri. Di bulan Ramadhan, kita dilatih untuk mempuasakan seluruh anggota badan semampu yang dapat kita lakukan.

Mata berpuasa sehingga tidak melihat yang haram. Lisan berpuasa sehingga tidak mengucapkan perkataan yang diharamkan.

Begitu juga hidung, telinga, tangan, kaki dan sekujur badan ikut berpuasa sehingga tidak melakukan perkara-perkara yang diharamkan.

Bahkan jika mampu, hati juga ikut berpuasa. Puasanya hati adalah mencegahnya secara total dari pikiran-pikiran duniawi dan segala hal selain Allah ta’ala.  

2.Ikhlas

Ikhlas yaitu melakukan ketaatan semata-mata karena Allah SWT. Puasa mengajarkan kepada kita keikhlasan dan menghindarkan diri dari niat ingin memperoleh pujian dari sesama.

Puasa seorang mukmin yakni rahasia antara dirinya dan Allah SWT. Tiada yang mengetahui puasanya kecuali Allah SWT dan dirinya sendiri. Bila mau, sangat mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa tanpa diketahui oleh orang lain lalu kita tampakkan seolah-olah diri kita masih berpuasa.

Karena niat kita lillaahi ta’aalaa, bukan karena yang lain dan tidak bertujuan memperoleh sanjungan dari sesama makhluk.  

3.Sabar

Di Madrasah Ramadhan, kita dilatih dan dididik untuk bersabar. Dengan berpuasa, kita belajar sabar dengan tiga jenisnya sekaligus: sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi musibah.

Selama Ramadhan, kita bersabar dalam melakukan shalat-shalat fardlu maupun sunnah, sabar dalam membaca Alquran sabar dalam beri’tikaf di masjid dan sabar dalam menjalankan berbagai amal kebaikan yang lain.

Kita juga sabar dalam meninggalkan syahwat makan, minum, berhubungan badan dengan istri dan syahwat-syahwat lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Kita juga dilatih bersabar dalam menghadapi rasa lapar dan rasa haus dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang tidak seberuntung kita.  

4.Mujahadah

Puasa mengajarkan kepada muslim untuk melakukan mujahadah, yaitu berjuang menghadapi hawa nafsu dan godaan setan dalam berbagai bentuknya.  

5.Jaga Lisan

Puasa mengajarkan kepada kita untuk menjaga lisan jangan sampai mengatakan ucapan yang tidak diridlai Allah SWT. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda: مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ والعَمَلَ بهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طعَامَه وشَرَابَه(رواه البخاريّ)  

Artinya, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dosa dan perbuatan dosa, maka Allah tidak akan menerima puasanya” (HR al Bukhari).  

6.Kendalikan Amarah dan Tidak Balas Keburukan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:   إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ (رواه الشيخان)  

Artinya, “Sesungguhnya puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka janganlah bersikap keji dan jangan bertindak bodoh, jika ada orang yang mengganggunya atau mencacinya maka hendaklah ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa” (HR al-Bukhari dan Muslim).

7.Jaga Persatuan dan Saling Tolong Menolong

Madrasah Ramadhan mengajarkan kepada umat Islam untuk bersatu dan saling tolong menolong. Tentu persatuan yang berlandaskan kesatuan akidah.

Sholat tarawih berjamaah, tadarus Alquran bersama, berbuka puasa bersama di waktu yang sama, berbagi takjil di jalanan, i’tikaf bersama di masjid, kegembiraan menyambut hari raya yang sama, itu semua adalah jembatan yang menghubungkan antarhati yang sebelumnya mungkin saling membenci, perekat antarjiwa yang sebelumnya mungkin saling memusuhi serta wasilah yang mendekatkan antarwarga yang sebelumnya mungkin saling menjauhi.

Kemudian zakat di akhir Ramadhan adalah perwujudan dari semangat saling tolong menolong dalam kebaikan dan membantu saudara-saudara sesama muslim yang membutuhkan.  

8.Kokohkan dan Sambung Tali Silaturahim

Ada tradisi yang baik di kalangan kita menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, yaitu tradisi weweh, cinjo atau tinjo. Tradisi ini sejatinya diambil dari ajaran islam yang memerintahkan kita memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan dan bersilaturahim pada momen menjelang dan pada saat hari raya.

Tradisi itu dilakukan dengan cara mengirim makanan, minuman, sembako atau kue hari raya kepada kerabat dan sanak saudara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:   الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ (رواه الترمذي والنسائي) .

Artinya, “Sedekah kepada orang miskin adalah terhitung sedekah sedangkan sedekah kepada kerabat terhitung dua: sedekah dan silaturahim” (HR at Tirmidzi dan an Nasa’i).

9.Ingat Kematian dan Kehidupan Akhirat

Terdapat juga tradisi yang sangat baik yang biasa kita lakukan di akhir bulan Ramadhan, yaitu nyekar: ziarah ke makam keluarga yang telah meninggal.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:   زُوْرُوْا القُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ بِالْآخِرَةِ (رواه البيهقي)   Maknanya: “Lakukanlah ziarah kubur karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kalian akan kehidupan akhirat” (HR al Baihaqi). (Sumber: Nahdlatul Ulama).

BERITA TERKAIT