test

Politik

Sabtu, 3 Agustus 2019 15:07 WIB

Wapres JK: Banyak Negara Ingin Contoh Kehidupan Agama di Indonesia

Editor: Redaksi

Wapres Jusuf Kalla. (Foto: Dok Net)
PMJ - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menjelaskan bahwa Indonesia dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar dan keberagaman suku, agama, dan ras menjadi contoh kehidupan toleransi bagi negara lain di seluruh dunia. “Kadang-kadang kita tidak menyadari banyak negara di dunia ini yang justru ingin mencontoh kehidupan keagamaan di Indonesia,” ungkap Wapres JK, Sabtu (03/08/2019). Wapres JK menekankan keberagaman yang ada di Indonesia merupakan nilai lebih untuk menyebarkan kehidupan toleransi kepada dunia, khususnya karena negara-negara Islam di Timur Tengah sudah runtuh karena mengalami perang. Indonesia pun, menurut Wapres JK, tidak lagi mengirimkan mahasiswa untuk belajar agama Islam ke Afganistan, Suriah, Libya, Irak, dan Yaman lantaran negara-negara Islam tersebut tidak bisa dijadikan patokan Islam “wasathiyah”. “Karena itu, maka harapan dunia Islam, harapan kita semua bahwa Indonesia mempunyai peran besar. Apalagi negara kita yang menganut wasathiyah yang moderat tentu menjadi upaya yang penting,” paparnya menambahkan. Untuk mewujudkan Islam jalan tengah, lanjut JK, di Indonesia perlu kehadiran sekolah berbasis Islam atau Pondok Pesantren yang mengajarkan konsep moderasi tersebut. “Jadi Islam wasathiyah bukan hanya dipraktikkan di Indonesia, tapi juga diajarkan dengan cara mendidik generasi muda, mendidik siswa-siswa dari berbagai bangsa yang mempunyai pemahaman sama” urainya melanjutkan. Sekedar informasi, Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau Pesantren Modern Internasional Dea Melala sekaligus meresmikan peletakan batu pertama pembangunan fasilitas pesantren yang berada di Desa Pamangong, Kecamatan Lenangguar, Kabupaten Sumbawa, NTB, Sabtu. Dalam kunjungannya, Wapres JK didampingi Pimpinan Pondok Pesantren Internasional Dea Malela, Din Syamsuddin, dan Gubernur NTB Zulkieflimansyah juga menyempatkan bersilaturahmi dengan pengurus Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela, tenaga guru, santri dan santriwati, serta wali santri. (FER).

BERITA TERKAIT