test

Kesehatan

Sabtu, 4 April 2020 07:03 WIB

Waspada! Berbagai Dampak Psikologi yang Timbul dari Isolasi Diri

Editor: Ferro Maulana

PMJ - Wabah pandemik virus corona (Covid-19) yang terjadi di seluruh dunia tidak bisa dianggap remeh. Berbagai langkah pun diambil untuk menghentikan penyebaran virus tersebut.

Sejumlah negara telah menerapkan status lockdown untuk menjaga wilayahnya. Akibat kebijakan tersebut sudah berdampak terhadap berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Di samping penerapan status lockdown, negara-negara yang terdampak virus corona juga telah melakukan physical distancing, salah satunya Indonesia. Hal ini menjadi kunci untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19).

Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyebut social distancing namun akhirnya merevisi menjadi physical distancing.

Alasan WHO mengganti frasa social distancing dengan physical distancing yaitu untuk mengklarifikasi bahwa tetap ada perintah tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Namun, tidak berarti seseorang dapat memutus kontak dengan orang lain secara sosial. Penggunaan frasa physical distancing diharapkan dapat memperjelas imbauan WHO, yakni menjaga jarak fisik untuk memastikan penyakit tidak menyebar.

Meski begitu, menjaga jarak secara sosial dan isolasi diri bisa terasa sulit. Seperti yang diutarakan Gubernur New York, Andrew Cuomo dalam keterangan harian status COVID-19 di wilayahnya.

“Jangan anggap remeh trauma pribadi, dan sulitnya menjalankan isolasi diri. Ini kenyataan, ” ungkap Cuomo, Jumat (03/04/2020) waktu setempat.

"Ini bukan kondisi alami manusia untuk tidak terhibur, punya kedekatan, merasa takut dan tidak bisa merangkul seseorang. Ini semua hal yang tidak wajar dan membingungkan,” keluhnya mengungkapkan.

Sejumlah ahli bahkan sudah lama mengetahui kesepian atau perasaan terisolasi dapat menyebabkan kecemasan, depresi dan demensia pada orang dewasa.

Respon sistem kekebalan tubuh yang melemah, tingginya tingkat obesitas, tekanan darah, penyakit jantung, dan harapan hidup yang lebih pendek juga dapat menjadi faktor berpengaruh.

Sementara pada anak-anak yang punya sedikit teman, terintimidasi atau terisolasi di sekolah cenderung mengalami tingkat kecemasan yang tinggi, depresi, dan beberapa kelambanan dalam perkembangan. (VOA/ FER)

BERITA TERKAIT