test

Kesehatan

Kamis, 3 Juni 2021 10:05 WIB

5 Kondisi Kesehatan yang Rentan Dialami Perempuan

Editor: Hadi Ismanto

Kaum perempuan masih rentan dengan resiko kesehatan. (Foto: PMJ News/Dok Net).

PMJ NEWS - Tak dipungkiri jika perempuan memang sosok tangguh atau dapat disebut dengan istilah ‘superwomen’. Kaum hawa terkenal pintar dalam melakukan banyak aktivitas secara bersamaan, sigap mengurus rumah tangga hingga bekerja di kantor.

Kendati begitu, perempuan harus tetap memerhatikan kesehatan agar dapat melakukan berbagai aktivitas yang menyibukkan. Jika tidak, kesehatan fisik maupun mental dapat terpengaruh dalam jangka panjang.

Seperti dilansir laman The Strait Times, Kamis (3/6/2021), ada empat kondisi kesehatan yang rentan dialami oleh perempuan.

1. Kanker payudara
Kanker payudara paling sering terjadi pada perempuan. Dalam stadium tertentu, beberapa jenis operasi, termasuk pengangkatan payudara, perlu dilakukan.

Ong Kong Wee, dokter ahli bedah payudara di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena mengatakan bahwa jika mastektomi diperlukan, beberapa perempuan dapat memilih untuk menjalani rekonstruksi payudara.

Rekonstruksi untuk mengembalikan simetri payudara dilakukan dengan menggunakan jaringan pasien sendiri, seperti otot dari belakang atau perut (disebut flap), atau implan dapat digunakan.

2. Penyakit jantung
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Di Singapura, dibandingkan kanker payudara, membunuh perempuan sekitar enam kali lebih banyak.

Namun, penyakit jantung pada perempuan memiliki gejala yang lebih halus dan kurang dapat dikenali. Di antara gejala-gejala itu adalah sakit perut di bagian atas, pusing, mual, dan kelelahan yang tidak biasa.

Perempuan yang dapat mengenali gejala-gejala tersebut dapat meningkatkan peluang untuk pemulihan dan mendapat penanganan medis tepat waktu.

Dr Chan Wan Xian, ahli jantung di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena di Singapura mengatakan bahwa wanita lebih mungkin mengalami serangan jantung pada usia yang lebih tua, rata-rata 10 tahun lebih lama dibandingkan pria.

Biasanya, ini terjadi setelah menopause karena kadar estrogen yang lebih rendah menjadi faktor risiko tinggi untuk serangan jantung. Tetapi, tidak hanya perempuan pascamenopause yang mungkin menderita serangan jantung.

3. Kanker serviks
Setiap tahun, ada sekitar tiga ribu perempuan Inggris yang didiagnosis mengidap kanker serviks. Dari angka tersebut, jumlah terbanyak adalah dari rentang usia 35 tahun ke bawah. Karena itu, Glass menyarankan perempuan untuk sadar melakukan deteksi dini.

Idealnya, perempuan berusia 25 sampai 49 tahun perlu melakukan pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali agar gejala kanker serviks bisa segera ditangani.

4. Hamil di usia 35 tahun ke atas
Kesuburan terus menurun dengan bertambahnya usia, terutama bagi perempuan. Kemungkinan seorang perempuan memiliki anak, turun 20 persen per bulan, ketika seorang perempuan berada di pengujung usia 20-an dan menjadi delapan persen di usia akhir 30-an.

Diagnosis dini dan pengobatan infertilitas sangat penting dalam membantu pasien dalam perjalanan mereka menjadi orang tua. Perempuan yang tidak dapat hamil setelah enam bulan mencoba untuk hamil atau yang mungkin berisiko mengalami gangguan ginekologi harus berkonsultasi dengan spesialis kesuburan.

Beberapa gangguan termasuk riwayat amenorea (tidak ada menstruasi), oligomenorea (jarang menstruasi) dan dismenorea (mengalami nyeri saat menstruasi).

Infertilitas dapat diobati, tetapi metode pengobatan tergantung pada penyebabnya. Kelly Loi, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Rumah Sakit Mount Elizabeth, juga mengatakan dalam kasus kista, fibroid, dan saluran tuba yang tersumbat, pembedahan dengan teknik laparoskopi dapat membantu meningkatkan peluang hamil.

"Untuk masalah yang berkaitan dengan ovulasi abnormal, obat kesuburan atau suntikan dapat membantu memungkinkan ovulasi terjadi dengan cara yang lebih mudah diprediksi,” ujar Loi.

5. Sepatu hak tinggi yang berbahaya
Ketika perempuan mengenakan sepatu hak tinggi yang runcing, pada dasarnya mereka meremas bagian depan kaki menjadi kotak-kotak sempit, berbentuk segitiga, yang mengarah pada masalah kaki depan yang potensial seperti bunion.

Tan Ken Jin, dokter ahli bedah ortopedi di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, mengatakan bahwa sepatu hak tinggi dan sempit juga merusak pergelangan kaki, sehingga memudahkan perempuan untuk keseleo pergelangan kaki mereka.

Tendon pergelangan kaki juga bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan perempuan dan dapat menyebabkan tendinitis pergelangan kaki dan sesak serta nyeri Achilles.

Berjalan dengan sepatu hak tinggi memberi petunjuk pusat gravitasi ke depan dan meningkatkan ketegangan pada otot-otot punggung bawah.

“Kadang-kadang, sakit kaki tidak hilang bahkan ketika Anda mengganti dengan menggunakan sepatu flat. Dalam situasi ini, koreksi bunion minimal invasif dapat membantu, terutama ketika belum terlalu parah,” jelas Tan.

BERITA TERKAIT