test

News

Jumat, 15 Februari 2019 17:08 WIB

Jimly Asshiddiqie Optimis Pemilu 17 April Berjalan Damai

Editor: Redaksi

Profesor. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H optimis menatap Pemilu dan Pilpres mendatang. (Foto : Dok PMJ/Fjr).
PMJ- Republik Indonesia sedang menghadapi proses demokrasi yang luar biasa. Pemilihan Umum (Pemilu) serentak dan juga Pemilihan Presiden yang berlangsung pada 17 April mendatang, menjadi tantangan pemerintah dan masyarakat luas dalam menghadapi demokrasi. Menanggapi Pemilu dan Pilpres yang tersisa dua bulan lagi, tokoh bangsa yang juga Akademisi Indonesia, Profesor. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H sangat optimis menghadapi hal tersebut. Pria yang pernah menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden di tahun 2010 ini mengatakan, pro kontra dalam Pilpres khususnya semakin banyak dan terang benderang terlihat. Bahkan menuju ketegangan satu dengan yang lainnya. [caption id="attachment_13609" align="alignnone" width="1280"] Profesor. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H optimis menatap Pemilu dan Pilpres mendatang. (Foto : Dok PMJ/Fjr).[/caption] “Kita perhatikan masing-masing kelompok berseteru dan bersitegang. Ini kita anggap sebagai bunga pendewasaan dalam berdemokrasi,” kata Jimly Asshiddiqie kepada pmjnews.com, Jumat (15/2). “Dan ini masa sulit yang bisa dilewati bersama. Kita berdemokrasi seperti ini, saya yakin ke depannya demokrasi cerdas akan berkembang cepat di Tanah Air,” sambung Jimly Asshiddiqie. Namun begitu ia menyayangkan, bila masing-masing kelompok menggunakan isu agama dalam berpolitik. Menghujat dan mengkafirkan satu dan lainnya. Padahal, Capres dan Cawapres yang ada saat ini, sama-sama muslim yang tidak boleh dikafir-kafirkan. [caption id="attachment_13615" align="alignnone" width="1280"] Profesor. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H saat berbincang dengan Redaksi pmjnews.com. (Foto : PMJ/Fjr).[/caption] “Buat saya, itu kelebihan bila mengkafirkan seseorang. Kita tidak boleh menggunakan agama untuk kepentingan sesaat. Apalagi RI ini bukan hanya islam. Tapi ada di isi oleh banyak keyakinan. Ini negara milik bersama bukan 1 kelompok. Semua kelompok beragama menjadikan keyakinannya sebagai sumber rahmat bersama,” tandas Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2003-2008 ini. Ditambahkan Jimly, dalam konteks mengkafir-kafirkan seseorang adalah hal yang tidak mendidik. Justru sebaliknya, harus membuat kesatuan n kerukunan bersama. Politik yang berjalan saat ini bersifat hanya sesaat atau dua bulan ke depan saja. “Politisi itu memang kerjaannya berpolitik. Setiap hari bicaranya politik. Kalau masyarakat kan tidak setiap hari berpolitik. Hanya pada saat musimnya saja, seperti saat ini. Jadi, mari sama-sama menjaga Pemilu dan Pilpres agar tetap damai dan tertib,” ajak Jimly. Ia yakin dan optimis, masyarakat akan mampu melaksanaka pemilihan umum yang jujur, adil, damai serta lancar dan tertib. Polisi dan pemerintah juga mampu menjaga kedamaian dalam pemilu nanti. (Fjr/Gtg-03).

BERITA TERKAIT