test

News

Senin, 15 Juni 2020 22:00 WIB

Ketahui Penyebab dan Munculnya Kebakaran Hutan pada Akhir Juni Sampai Awal Juli

Editor: Ferro Maulana

Kebakaran hutan di Indonesia. (Foto: PMJ/ Dok Net)

PMJ - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan tentang curah hujan yang makin menipis serta berpotensi memicu adanya kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan sampai akhir Juni dan memasuki Juli 2020, potensi pertumbuhan awan hujan di Riau dan Sumatera Selatan akan semakin menurun.

Hal tersebut harus menjadi warning bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ketika ingin mengatasi Karhutla di wilayah tersebut dengan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC)

Adapun dalam melakukan TMC, cuaca dan iklim menjadi bagian yang perlu diperhatikan. Begitu pula dengan faktor kelembapan udara.

Sementara untuk daerah Sumatra, kelembaban udara secara umum mulai mengalami penurunan sehingga akan cukup menghambat pertumbuhan awan-awan konvektif. Sedangkan untuk potensi pertumbuhan awan di wilayah Kalimantan akan bertambah.

''Pada bulan Juni Dasarian III dan Juli Dasarian I untuk wilayah Riau, Jambi dan Sumsel hampir tidak mempunyai peluang mendapatkan curah hujan,” terang Dwikorita, di Jakarta, Senin (15/06/2020).

“Karena itu rekomendasi kami pada bulan Juli sangat kecil dimana peluang TMC dilakukan. Sehingga pencegahan Karhutla diprioritaskan dengan non TMC,'' urainya melanjutkan.

Lebih jauh, dirinya menuturkan pada Agustus saat terjadi puncak musim kemarau, peluang TMC dapat dilakukan di sebagian wilayah Riau dan perbatasan dengan Jambi. Berikutnya bulan September, peluang TMC dapat dilakukan di sebagian kawasan Jambi dan perbatasan wilayah Sumsel.

Sejauh ini, secara umum jumlah hotspot terpantau menurun ketimbang pada tahun lalu. Berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) dengan level kepercayaan =80 persen, tersapat sebanyak 837 titik panas pada 2020.

Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan periode yang sama pada 2019 sebanyak 1.381 titik. Artinya terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 544 titik atau 39,39 persen.

Sekedar informasi, KLHK mengklaim sejumlah daerah rawan karhutla sudah melewati masa krisis tahap I dengan TMC. Beberapa provinsi rawan yang menjadi fokus penanggulangan Karhutla antara lain, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. (BMKG/ FER).

BERITA TERKAIT