Jumat, 22 November 2024 07:09 WIB
Polri Tegaskan Pentingnya Upaya Kontra Radikal
Editor: Hadi Ismanto
PMJ NEWS - Polri kembali menegaskan pentingnya upaya kontra radikal sebagai langkah untuk mencegah penyebaran paham yang dapat memicu berkembangnya radikalisme di masyarakat.
Pernyataan ini disampaikan oleh Katim Kontra Radikal Divhumas Polri Kombes Pol Gatot Hendro Hartono dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertema 'Terorisme adalah Musuh Kita Bersama' di Aula Polres Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (21/11/2024).
Menurut Gatot Hendro, kontra radikal merupakan langkah strategis dalam membangun kesadaran individu agar tidak mudah terpengaruh oleh propaganda kelompok tertentu yang bertujuan mengarahkan masyarakat menuju paham radikal.
"Kontra radikal adalah upaya untuk membangun individu agar mampu menolak paham radikal yang disebarluaskan melalui berbagai saluran. Hal ini penting dilakukan secara konsisten untuk mencegah radikalisme berkembang di tengah masyarakat," ujar Gatot dalam keterangannya.
Lebih lanjut Gatot juga menekankan bahwa pendekatan kontra radikal ini harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
"Selain dukungan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), peran tokoh agama, tokoh masyarakat, adat, serta generasi muda sangat diperlukan," tuturnya.
Dalam diskusi tersebut, hadir sebagai pembicara utama Ustadz Muhammad Nasir Abbas selaku mantan narapidana terorisme (napiter) mengingatkan bahwa ancaman terorisme adalah nyata meskipun gerakannya kerap tidak terlihat.
"Terorisme itu ada meskipun terkadang pergerakannya tidak tampak. Saya sendiri mantan napiter yang dahulu sempat direkrut menjadi bagian dari kelompok teroris dengan tujuan melawan pemerintah Indonesia," tutur Nasir.
Nasir menjelaskan, salah satu akar penyebab terorisme adalah kegagalan dalam menerima perbedaan serta kurangnya pemahaman yang benar.
Dia mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap orang-orang yang menyebarkan kebencian, mudah menyalahkan, dan kerap mengkafirkan orang lain, karena hal tersebut merupakan ciri paham radikal.
"Kita harus menjaga keluarga dan masyarakat dari bahaya paham radikal agar Indonesia tetap menjadi negara yang utuh dan damai," ucapnya.