Rabu, 7 Juni 2023 13:22 WIB
Waspadai El Nino, BMKG Ingatkan Potensi Kekeringan dan Kebakaran Hutan
Editor: Hadi Ismanto
PMJ NEWS - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati meminta masyarakat lebih mewaspadai potensi terjadinya El Nino. Diketahui, BMKG telah memprediksi bakal terjadi fenomena ini sejak Februari 2023.
"Selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi, juga akan berpotensi meningkatkan jumlah titik api, sehingga makin meningkatkan kondisi kerawanan untuk terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla)," ungkap Dwikorita dalam keterangannya dikutip pada Kamis (7/6/2023).
El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke Samudra Pasifik tengah sehingga akan mengurangi curah hujan.
"Langkah-langkah strategis perlu dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi dampak lanjutan. Utamanya sektor-sektor yang sangat terdampak, seperti sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air," terangnya.
"Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan," sambungnya.
Dwikorita menjelaskan, berdasarkan pengamatan BMKG terhadap SML di Samudra Pasifik, La Nina telah berakhir pada Februari 2023. Sepanjang periode Maret-April 2023, ENSO berada pada fase netral yang mengindikasikan tidak adanya gangguan iklim dari Samudra Pasifik pada periode itu.
Dengan peluang kurang dari 80 persen, ENSO Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El Nino pada periode Juni 2023 dan diprediksi akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat.
Sementara itu gangguan iklim dari Samudra Hindia, yaitu IOD (Indian Ocean Dipole), selama bulan Maret-April juga berada pada fase netral dan diprediksi berpeluang akan beralih menuju fase IOD Positif mulai Juni 2023.
"Kombinasi dari fenomena El Nino dan IOD Positif yang diprediksi akan terjadi pada semester II 2023 tersebut dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode musim kemarau 2023," tuturnya.
Menurut Wikorita, sebagian wilayah diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori Bawah Normal atau lebih kering dari kondisi normalnya hingga mencapai hanya 20 mm per bulan dan beberapa wilayah mengalami kondisi tidak ada hujan sama sekali (0 mm/bulan).
Dwikorita mengatakan sejumlah langkah strategis yang bisa dilakukan yaitu dengan optimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung dan sebagainya untuk menyimpan air di sisa musim hujan untuk mengurangi risiko kekurangan air.
Selain itu, diharapkan lebih menggalakkan upaya pencegahan dan menyiagakan upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, untuk mengantisipasi meningkatnya potensi karhutla, terutama wilayah atau provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Upaya pencegahan harus lebih ditekankan dibandingkan pemadaman karena langkah ini lebih efektif untuk menghindari dampak yang luas. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam memahami pengelolaan hutan dan lahan," tukasnya.