test

Entertainment

Jumat, 11 Oktober 2019 07:34 WIB

Kontroversi pada Penonton, Ini Penyakit Mental di Film Joker

Editor: Redaksi

Penyakit mental Joker. (Foto: Dok Net)

PMJ – Meskipun sukses besar, film Joker sangat menjadi kontroversi bagi penonton dan elit dunia sinematik, karena gangguan mentalnya yang sangat kronis. Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui dari penyakit mental dari Arthur Fleck atau Joker.

Kamu tentu masih ingat, Joker sempat berhalusinasi memiliki hubungan romantis dengan Sophie Dumond yang dimainkan Zazie Beetz. Hal tersebut dikarenakan ia mengidap penyakit Skizofrenia yang menyebabkan halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, hingga perubahan perilaku.

Skizofrenia memiliki banyak pemicu yang tidak dapat dipastikan seperti dari stres, lingkungan hingga faktor genetik dapat menjadi mengapa seseorang mengidap penyakit tersebut.

Mirip dengan yang digambarkan di film Joker, halusinasi dari skizofrenia dapat memicu kegelisahan hingga kekerasan apabila tidak dilakukan perawatan rutin. Gangguan ini biasanya akan mulai memengaruhi kemampuang kognitif, tetapi biasanya pada akhirnya akan berkontribusi pada masalah kronis yang berhubungan dengan tingkah laku dan emosi.

Pengidap Skizofrenia juga seringkali melaporkan halusinasinya dengan bentuk bayangan, suara-suara, hingga dapat mengganggu daya pikir dan bicara.

Selain skizofrenia, Arthur Fleck diketahui mengidap Pseudobulbar Affect (PBA), yang membuatnya bereaksi tertawa atau menangis secara terpaksa dan tak terkendali.

Seperti yang diketahui, Joker membawa kartu yang diberikannya ketika seseorang terganggu dengan tawanya yang tak terkendali. Arthur bahkan seringkali terlihat seperti kesakitan menahan tawanya sendiri ketika di tempat publik.

PBA tersebut terjadi karena adanya kerusakan saraf pada korteks prefrontalnya. Saraf tersebut bertugas mengontrol emosi, sehingga kegangguan sedikit pun dapat membuat para pengidapnya tidak terkendali.

Kedua gangguan mental ini memang merupakan penyakit, bukanlah gangguan jiwa yang seperti banyak orang di negeri ini pikirkan. Hal-hal tersebut layaknya penyakit fisik, sehingga memiliki obat untuk merawat kondisi yang tak diinginkan, sehingga jauh dari yang seringkali disebutkan masyarakat sebagai “orang gila”.

Film Joker memanglah sangat kontroversial karena dianggap dapat mempromosikan kekerasan. Namun kita tidak bisa pungkiri bahwa film tersebut meningkatkan pengetahuan kita terhadap kesehatan mental, di sebuah masyarakat yang memiliki kesadaran mental health yang masih rendah. (DEW/ FER)

BERITA TERKAIT