logo-pmjnews.com

News

Kamis, 26 Agustus 2021 14:46 WIB

Misi Perdamaian PBB, FPU 3 MINUSCA di Wilayah Konflik Tuntaskan Persoalan

Editor: Fitriawan Ginting

Anggota FPU 3 berbaris laksanakan upacara. (Foto: PMJ/Gtg).
Anggota FPU 3 berbaris laksanakan upacara. (Foto: PMJ/Gtg).

PMJ NEWS - Garuda Bhayangkara Polri siap diberangkatkan menuju Afrika Tengah dalam Misi Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 11 September 2021 mendatang.

Mereka tergabung dalam Team Formed Police Unit Tiga (FPU 3) MINUSCA (United Nation Mission Integrated Multidimensional Stabilization in Central African Republic).

Pasukan pilihan Polri yang sudah sangat terlatih ini tengah menjalani simulasi latihan terakhir (Final Training) menjelang pembaretan yang akan dilaksanakan Jumat (27/8/2021) di Pulau Tegal Mas, Lampung, Sumatera.

Dalam simulasi ini, mereka seakan-akan tengah berada di area atau negara konflik yang terletak di Negara Lampung, tepatnya di area Distrik Tegal Mas.

Kadivhubinter Mabes Polri Irjen Pol Johanis Asadoma berikan keterangan. (Foto: PMJ/Gtg).
Kadivhubinter Mabes Polri Irjen Pol Johanis Asadoma berikan keterangan. (Foto: PMJ/Gtg).

Kepala Divisi Hubungan International (Kadivhubinter) Polri Irjen Pol Johanis Asadoma yang juga berada di wilayah konflik, bertindak langsung sebagai Kepala Polisi Komisioner (Police Komisioner) PBB.

Ia memerintahkan FPU 3 untuk melaksanakan patroli jarak jauh dengan mengunjungi distrik dan juga desa Tegal Mas. Di distrik tersebut terdapat banyak persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat yang harus bisa diselesaikan oleh Pasukan Garuda Bhayangkara.

“Kita gambarkan di sini (Tegal Mas) adalah distrik atau desa yang penuh dengan konflik. Saya memerintahkan pasukan perdamaian ini (FPU 3) untuk mendatangi langsung desa yang sangat kompleks persoalannya ini. Laksanakan patroli jarak jauh, melihat langsung persoalan di lokasi dan membantu menyelesaikannya secara humanis. Mereka harus mampu menyelesaikannya dengan membantu masyarakat yang sedang tertekan dan menderita akibat situasi konflik antara pemerintah dan pemberontak, antar suku dan lain sebagainya. Bagaimana mereka bisa menyelesaikan persoalan dan ini seakan menjadi ujian langsung untuk mereka (FPU),” kata Jenderal yang akrab disapa Johni, Kamis (26/8/2021).

Upacara sekaligus arahan dari pimpinan. (Foto: PMJ/Gtg).
Upacara sekaligus arahan dari pimpinan. (Foto: PMJ/Gtg).

Sebelum menuju desa konflik, Team FPU juga harus mampu mendeteksi situasi serta mampu mendeteksi setiap suku sampai menemukan suku yang memang paling berhaya yang ada di lokasi. Mereka diuji kemampuannya menganalisa situasi yang ada di lokasi.

“Karakteristik kita (Garuda Bhayangkara) adalah melakukan pendekatan kemanusiaan (human approach). Mencoba mengatasi persoalan-persoalan mereka. Kemudian coba mendekatkan mereka (menjadi teman). Kita di sana juga menyiapkan sarana konta dan yang muslim membawakan peralatan ibadah dan lain sebagainya. Pasukan kami juga memiliki kemampuan memimpin sholat untuk menjadi imam dan mengajarkan ibadah yang baik. Dan ini tidak dimiliki pasukan lain. Indonesia selalu lakukan ini sehingga mendapat tempat di hati masyarakat setempat. Dan di sini (Tegal Mas) mereka harus mempraktekkan langsung,” ungkap Johni.

Team FPU 3 menghibur diri dengan gerakan kompak bersama-sama. (Foto: PMJ/Gtg).
Team FPU 3 menghibur diri dengan gerakan kompak bersama-sama. (Foto: PMJ/Gtg).

“PBB selama ini sangat mengapresiasi kami, baik pasukan kami (Pasukan Garuda Bhayangkara) maupun pasukan TNI dalam setiap Misi Perdamaian yang kami laksanakan di wilayah konflik. Kita yang ditugaskan juga selalu mendapat apresiasi tinggi baik dari pemerintah setempat dan masyarakat lokal. Predikat baik selalu kami dapatkan,” sambung Johni.

Dalam Misi Perdamaian, PBB juga telah membuat regulasi baru dengan menempatkan 20 persen Polisi Wanita (Polwan) dalam setiap tugasnya. Karena itu, Garuda Bhayangkara mempersiapkan 12 Polwannya untuk ikut berangkat dalam misi ini.

Seorang Anggota FPU 3 fokus membidik sasaran. (Foto: PMJ/Gtg).
Seorang Anggota FPU 3 fokus membidik sasaran. (Foto: PMJ/Gtg).

“Waktu zaman saya 140 orang, semuanya laki-laki. Dan sekarang ada aturan baru PBB yang mewajibkan 20 persen dari 140 FPU terisi 20 persen Polwan. Dan beberapa kali kontingen ini selalu ada perempuan di dalamnya. Karena kita tahu, banyak permasalahan-permasalahan wanita dan anak di setiap area koflik. Ada kejadian perampokan, penculikan, pemerkosaan, dan pelecehan pada wanita. Sehingga kehadiran Polwan sangat diwajibkan dan dibutuhkan untuk berada di area konflik ini,” tandas Johni.

Jenderal Bintang Dua ini juga berharap, FPU 3 bisa melaksanakan tugas yang diberikan negara kepadanya dalam misi perdamaian PBB ini dengan sebaik-baiknya.

“Saya berharap, mereka mampu melaksanakan tugas negara dengan membawa merah putih sebaik-baiknya. Bukan hanya membawa nama Polri, tapi mereka juga membawa nama bangsa dan negara. Saya selalu tekankan berikan yang terbaik dalam setiap misi perdamaian ini. Dan Indonesia selalu menjadi aktor yang mampu memberi kontribusi signifikan dalam setiap misi perdaimaian,” tutup Johni.

BERITA TERKAIT