logo-pmjnews.com

Fokus

Minggu, 31 Januari 2021 13:00 WIB

Mengenal GeNose C-19, Alat Pendeteksi Virus Corona Buatan Indonesia

Editor: Hadi Ismanto

Infografis mengenal GeNose C-19, alat pendeteksi virus corona buatan Indinesia. (Foto: PMJ News/Ilustrasi/Hadi)
Infografis mengenal GeNose C-19, alat pendeteksi virus corona buatan Indinesia. (Foto: PMJ News/Ilustrasi/Hadi)

PMJ NEWS - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan memasang alat pendeteksi atau screening virus corona GeNose C-19 di sejumlah tempat umum seperti stasiun dan terminal. Hal ini dimaksudkan untuk menekan penularan Covid-19 yang saat ini angka positif telah mencapai satu juta orang.

GeNose C19 sendiri adalah pendeteksi virus corona yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada. Perangkat ini sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan.

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi menjelaskan alasan moda transportasi kereta api dan bus menjadi yang pertama untuk diterapkan pengecekan Covid-19 menggunakan alat deteksi GeNose C19.

Menurut dia, pilihan pemasangan itu dikarenakan harga tiket moda kereta api dan bus pada rute tertentu lebih murah daripada pengecekan tes Covid-19 melalui Rapid Antigen atau PCR Test, sehingga cenderung membebani penumpang.

"Karena kereta api ada jarak-jarak tertentu, katakan Jakarta-Bandung Rp100 ribu, kalau mesti antigen Rp100 ribu lagi itu kan mahal. Kalau GeNose hanya Rp20 ribu, skala besar bisa lebih murah menjadi Rp15 ribu, jadi terjangkau," jelas Menhub, Minggu (24/1/2021).

Lebih lanjut Budi mengatakan, kebijakan penerapan GeNose akan dimulai 5 Februari mendatang. Sedangkan, untuk angkutan bus tidak mandatori. Namun, pihaknya juga telah memesan 200 unit GeNose untuk 44 titik stasiun di seluruh Jawa dan Sumatera.

"Pada moda kereta api akan diterapkan secara wajib pada tanggal 5 Februari 2021. Sedangkan angkutan bus tidak wajib, tapi akan dilakukan pengecekan secara random, yang akan dimulai dari Pulau Jawa," tukasnya.

Satgas Covid-19 setujui penggunaan GeNose C-19

Infografis mengenal GeNose C-19, alat pendeteksi virus corona buatan Indinesia. (Foto: PMJ News/Ilustrasi/Hadi)
Infografis mengenal GeNose C-19, alat pendeteksi virus corona buatan Indinesia. (Foto: PMJ News/Ilustrasi/Hadi)

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengizinkan GeNose menjadi syarat perjalanan di kereta api, luar kawasan satu aglomerasi, selain menggunakan rapid test antigen dan PCR. GeNose akan mulai dipasang di stasiun-terminal per 5 Februari.

Kebijakan penggunaan Genose ini tertuang dalam SE Nomor 5 Tahun 2021. Aturan tersebut mengatur protokol perjalanan dari dan ke Pulau Jawa serta di dalam Pulau Jawa (antarprovinsi/kabupaten/kota).

"Khusus untuk perjalanan dengan menggunakan kereta api di luar kawasan satu aglomerasi, selain menggunakan RT-PCR dan rapid test antigen atau GeNose test," demikian bunyi kutipan SE Nomor 5 Tahun 2021.

GeNose segera dipasang di Stasiun Senen dan Tugu Yogyakarta

Kementerian Perhubungan akan mulai memasang GeNose di Jakarta dan Yogyakarta. (Foto: PMJ News/Dok Kemenhub).
Kementerian Perhubungan akan mulai memasang GeNose di Jakarta dan Yogyakarta. (Foto: PMJ News/Dok Kemenhub).

Menhub Budi Karya Sumadi menyebut penerapan alat pendeteksi Covid-19 GeNose bagi pengguna kereta api mulai diwajibkan pada 5 Februari 2021. Untuk tahap awal, pihaknya akan memasang perangkat ini di Stasiun Senen Jakarta dan Stasiun Tugu Yogyakarta.

"Kita melakukan langkah-langkah yang pasti, tanggal 5 Februari kita sepakati bersama gugus tugas, diterapkan di dua stasiun Senen Jakarta dan stasiun Tugu Yogyakarta yang berlaku di kereta api secara mandatori," jelas Menhub Budi.

Lebih lanjut Budi mengatakan, untuk masyarakat yang hendak bepergian menggunakan kereta api bisa memilih pemeriksaan Covid melalui PCR, rapid test antigen atau GeNose.

"Kita memang membedakan kalau di stasiun di kereta api mandatori artinya harus. Untuk pengguna jarak jauh harus mendapatkan PCR, antigen atau genose harus," tegasnya.

Menurut Budi, Kemenhub akan menyediakan 5-10 GeNose di stasiun Senen dan stasiun Tugu Yogyakarta. Setelah itu akan diketahui efektivitasnya, dan kemudian akan dilakukan evaluasi oleh tenaga Kesehatan.

"Di (stasiun) Senen banyak sekali pergerakan luar kotanya, kita akan sediakan 5-10 genose sehingga mereka bisa menggunakan sebelum dan akan perjalanan,” tuturnya.

Sementara untuk moda transportasi darat dan laut seperti kendaraan umum bus dan lainnya akan dilakukan secara acak atau random sampling yang artinya tidak wajib layaknya diterapkan di kereta api.

“Untuk moda darat agak complicated kalau kita mensyaratkan karena biayanya lebih rendah, namun yang kita lakukan adalah secara acak atau random artinya kita memberlakukan acak kepada masyarakat yang akan menggunakan bus dan rest area," tukasnya.

Wajib puasa dan tak merokok 1 jam sebelum tes GeNose

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi. (Foto: PMJ News/Dok Net).
Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi. (Foto: PMJ News/Dok Net).

Budi Karya Sumadi mengingatkan agar calon penumpang kereta api diwajibkan untuk puasa selama satu jam sebelum melakukan tes menggunakan alat GeNose.

"Saya pikir itu satu hal yang mudah, puasa 12 jam saja bisa masa puasa 1 jam saja tidak," ujar Menhub Budi Karya Sumadi dalam Bincang Editor GeNose di Transportasi Umum, Rabu (27/1/2021).

Menurut dia, imbauan puasa ini berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas penanganan Covid-19. Ini dimaksudkan agar deteksi virus corona lebih maksimal

Selain diwajibkan untuk berpuasa, bagi calon penumpang kereta api perokok yang akan melakukan tes GeNose juga diimbau untuk tidak merokok satu jam sebelumnya.

DPR dukung penyedian GeNose

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Fraksi PAN, Eddy Soeparno. (Foto: PMJ News/Dok Net).
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Fraksi PAN, Eddy Soeparno. (Foto: PMJ News/Dok Net).

Wacana produksi massal GeNose sebagai alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas memberikan harapan baru saat tes deteksi covid-19 lainnya mahal.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Fraksi PAN, Eddy Soeparno mendukung penuh rencana produksi massal GeNose ini. Menurut dia, GeNose bisa menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin melakukan test deteksi Covid-19

"Produksi massal GeNose akan mempermudah dan meringankan beban masyarakat yang ingin melakukan test Covid-19 karena estimasi harga per pemeriksaannya hanya 25 ribu," ungkap Eddy kepada wartawan, Rabu (20/1/2021).

"Apalagi mengingat PCR maupun swab antigen yang harganya masih relatif mahal dan memberatkan masyarakat serta kadang-kadang sulit untuk dikontrol harganya," sambungnya.

Sebagai Pimpinan Komisi VII, Eddy memberikan apresiasinya kepada Kemenristek BRIN yang telah berhasil untuk mengembangkan GeNose. Terlebih produksinya akan ditingkatkan dari 5.000 unit menjadi 10.000 unit, bahkan nantinya menjadi 40.000 unit.

"Apalagi sudah teruji dan terbukti tingkat sensitivitasnya dan spesifitasnya, nanti kan akurasi di atas 90 persen. Begitu juga dari aspek aspek kepraktisan karena GeNose itu relatif portabel dan bisa dibawa kemana-mana," tukasnya.

Beda GeNose, Rapid Antigen dan Swab PCR untuk Tes Covid-19

Pendeteksi virus corona buatan UGM, Genose. (Foto: PMJ News/Ilustrasi).
Pendeteksi virus corona buatan UGM, Genose. (Foto: PMJ News/Ilustrasi).

Setelah rapid antigen dan Swab PCR, kini muncul metode baru untuk mendeteksi Covid-19 yakni GeNose. Berikut beda GeNose, rapid antigen, dan Swab PCR.

GeNose merupakan alat deteksi yang dikembangkan oleh tim riset gabungan UGM. Alat ini sudah disebarkan ke sejumlah rumah sakit.
Berikut beda GeNose, rapid antigen, dan swab PCR untuk tes Covid-19.

1. Cara kerja
GeNose mendeteksi melalui udara yang dihembuskan pasien ka dalam kantung khusus. Kantung itu dihubungkan ke GeNose dan dianalisis oleh artificial intelligence (AI) untuk mengetahui keberadaan virus.

Rapid tes antigen dilakukan dengan metode swab dari hidung atau tenggorokan. Alat akan mengambil sampel antigen atau protein yang dikeluarkan oleh virus corona. Alat akan mendeteksi keberadaan protein tersebut untuk mengetahui ada atau tidaknya virus.

Swab PCR merupakan metode yang juga dilakukan dengan cara swab di hidung dan tenggorokan untuk mendeteksi semua bagian virus, berbeda dengan antigen yang hanya bagian luar. Sampel akan dianalisis di laboratorium untuk memeriksa materi genetika virus.

2. Lama waktu
GeNose dapat mendeteksi keberadaan penyakit dalam waktu kurang dari lima menit saja.

Rapid antigen mengeluarkan hasil dalam kurun waktu 15-30 menit. Sedangkan, swab PCR membutuhkan waktu hingga lebih dari satu hari karena membutuhkan uji laboratorium.

3. Akurasi
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengklaim GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 yang efektif. Akurasi alat tersebut memiliki sensitivitas 92 persen dan spesifisitas 95 persen.

Tingkat akurasi alat tes swab antigen rapid bervariasi berdasarkan merek yang digunakan. Adapun tingkat sensitivitas alat swab antigen lebih dari 80 persen dan spesifisitas alat swab antigen adalah lebih dari 97 persen.

Saat seseorang dinyatakan positif, maka juga akan dirujuk menjalani tes PCR. Sedangkan akurasi swab PCR memiliki sensitivitas berkisar 71-98 persen dan spesifisitas 99 persen.

4. Harga
Mesin inti GeNose dijual Rp62 juta. Mesin ini bisa digunakan berkali-kali. Sedangkan alat penghubung sekali pakai untuk pengetesan dijual Rp20 ribu untuk satu orang.

Harga rapid antigen ditetapkan oleh pemerintah Rp250 ribu untuk pulau jawa dan Rp275 ribu di luar pulau Jawa. Sedangkan biaya swab PCR mandiri ditetapkan Rp900 ribu.

BERITA TERKAIT