test

Fokus

Sabtu, 14 Maret 2020 07:03 WIB

Kajian Khusus, Dampak Pandemi Virus Corona Terhadap Ekonomi Global dan Indonesia

Editor: Ferro Maulana

Wabah virus corona di dunia. (Foto: Dok Net/ Ilustrasi)

PMJ – Kewaspadaan kian berkembang terhadap gangguan akibat pandemi virus corona akan mampu menyusutkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat sekaligus menyebabtkan resesi.

Gedung Putih tengah mempertimbangkan serangkaian langkah jangka pendek untuk meredakan tekanan finansial pada bisnis dan pekerja yang terimbas. Tetapi para Ekonom memperingatkan bahwa semakin banyak virus Covid-19 menyebar semakin besar pula dampak ekonomi dan makin lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih.

Di AS sendiri, sekarang terjadi kekhawatiran yang semakin meningkat mengenai gangguan ekonomi yang disebabkan oleh virus corona, yang sekarang telah dinyatakan sebagai pandemi. Ekonom Pusat Kebijakan Bipartisan di Washington, William Hoagland D.C., menjadi salah seorang analis yang merasakan kekhawatiran demikian.

“Kami memperkirakan bahwa ini akan berpotensi menjadi periode ekonomi yang lemah bagi Amerika Serikat. Kami tidak akan melihat pertumbuhan yang telah kami proyeksikan,” jelasnya, Jumat (13/03/2020).

Industri Traveling Akan Hancur

Pemeriksaan virus corona di bandara. (Foto: Dok Net)

Industri perjalanan (traveling) telah hancur oleh wabah virus corona di kapal pesiar dan oleh pembatalan perjalanan udara yang meluas. Berbagai larangan terhadap pertemuan-pertemuan umum telah mendorong pembatalan konferensi, festival musik dan acara olahraga, dan membuat restoran-restoran dan berbagai gedung pertunjukan berjuang untuk tetap bertahan.

Penutupan sebagian pabrik-pabrik yang membuat suku cadang kendaraan bermotor di Tiongkok meningkatkan kekhawatiran bahwa produsen mobil Amerika harus mengurangi produksinya. Sementara, pasar keuangan bereaksi dengan ketakutan dan volatilitas ekstrim, dengan anjloknya nilai saham dan harga minyak.

Pada Rabu (11/03/2020) waktu setempat, Presiden Donald Trump mengumumkan larangan sebagian besar perjalanan dari Eropa dan bantuan keuangan untuk pekerja dan bisnis yang terkena dampaknya. Namun demikian, dia juga berusaha meyakinkan publik bahwa perekonomian akan baik-baik saja.

“Ini bukan krisis keuangan. Ini hanya saat sementara yang akan kita atasi bersama sebagai sebuah bangsa dan bersama-sama dengan semua negara di dunia,” ujar Trump.

Kemudian, Presiden Trump telah mengusulkan pemotongan pajak sementara dan pinjaman untuk industri dan pekerja yang terkena dampak pandemi virus corona ini. Gedung Putih juga mempertimbangkan cuti keluarga dengan tetap mendapat gaji bagi para pekerja, tetapi tidak jelas bagaimana hal itu akan dilaksanakan.

Kondisi Memprihatinkan

Bradley Gold selaku Dosen Bisnis di University of Texas, menyampaikan pendapatnya. “Biasanya di dunia bisnis, keadaan ini merupakan sesuatu yang akan menjadi sangat, sangat memprihatinkan dan biasanya tidak disukai oleh orang-orang bisnis, tetapi saya kira saat ini kita sedang menghadapi krisis kesehatan masyarakat.”

Meloloskan Undang-Undang Anggaran Baru akan membutuhkan dukungan dari Partai Demokrat di Kongres yang menginginkan dana tambahan untuk pemeriksaan dan perawatan medis, asuransi pengangguran yang diperluas, dan peningkatan pengeluaran untuk program jaring pengaman sosial.

Sedangkan, William Hoagland yang merupakan Analis Ekonomi dari Pusat Kebijakan Bipartisan, setuju dengan perlunya penyesuaian anggaran tersebut.

“Ini akan menambah defisit federal dalam jangka pendek, tetapi penting jika itu berarti melindungi keselamatan dan keamanan publik Amerika dan memulihkan kepercayaan ekonomi yang diperlukan untuk bergerak maju,” paparnya.

Menurut Analis, langkah-langkah tegas diperlukan segera, untuk memberikan bantuan segera kepada orang-orang yang terimbas dan untuk mempercepat pemulihan ekonomi setelah wabah berakhir.

Antisipasi Soal Dampak Virus Corona

Gubernur BI Perry Warjiyo. (Foto: Dok Net)

Bank Indonesia (BI) bahkan mengkaji ulang proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini. Sebelumnya pada rapat dewan gubernur (RDG) BI periode Februari 2020, bank sentral menurunkan proyeksi ekonomi menjadi 5%-5,4% lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya 5,1%-5,5%.

"Dengan merebaknya virus corona kita harus hitung ulang. Sedang dalam proses, nanti akan kita umumkan di RDG ke depan, mungkin lebih rendah dari itu karena dampaknya lebih luas," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, di Jakarta.

Perry menjelaskan, saat ini sumber perekonomian harus diperkuat agar virus corona tak mengganggu fundamental perekonomian. "Secara keseluruhan ekonomi kita tahan, tapi kita harus perkuat sumber ekonominya, sehingga bisa recover habis corona virus," sambungnya.

Pada RDG bulan lalu, kata Perry, otoritas moneter melihat ekonomi domestik masih bisa tumbuh hingga 5,2%, dengan catatan sudah memperhitungkan risiko virus corona. Namun wabah Covid-19 yang semakin meluas hingga saat ini, membuat BI harus memperhitungkan kembali ekonomi Indonesia.

"Keseluruhan masih bisa 5,1% tahun ini. Kalau kita push stimulus fiskal bisa 5,2%, kalau tambahan likuiditas bisa 5,2%," jelas dia.

Solusi Atasi Dampak Ekonomi RI

Bank Indonesia (BI) berupaya untuk menjaga stabilitas dan mendorong perekonomian nasional untuk menghadapi dampak wabah virus corona. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan untuk menghadapi masalah ini, penanganan tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan dibutuhkan koordinasi antar lembaga terkait.

Hal itu untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi, berkelanjutan, dan inklusif dengan stabilitas makroekonomi maupun finansial. "Kita memerlukan tiga jenis kebijakan dalam meningkatkan kapasitas ekonomi melalui transformasi ekonomi agar dapat membangun pondasi yang lebih kuat," tambahnya.

Masih dari penjelasannya, reformasi struktural harus berupaya untuk mencapai pertumbuhan tinggi melalui produktivitas modal, tenaga kerja, dan teknologi serta mengembangkan infrastruktur, iklim investasi, maupun perdagangan.

Kemudian untuk kebijakan fiskal bertugas untuk menjaga stabilitas makroekonomi melalui defisit fiskal dan utang publik yang wajar serta terkait pajak maupun alokasi pengeluaran produktif untuk stimulus pertumbuhan yang tinggi dan inklusif.

Lanjut Perry, sinergi tersebut juga bertujuan untuk menemukan sumber-sumber baru yang dapat dijadikan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia ketika sedang tertekan akibat wabah virus corona. "Kalau ekonomi sedang tertekan kita harus menemukan sumber baru untuk pertumbuhan agar ekonominya bisa membaik meskipun ada virus corona," pungkasnya. (DBS/ FER).

BERITA TERKAIT