Selasa, 10 November 2020 07:07 WIB
Ayo Semua Bisa! Menjadi Pahlawan Masa Kini, Berjuang Melawan Covid-19
Editor: Ferro Maulana
PMJ - Belum usainya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, menjadi persoalan tersendiri yang harus ditangani bersama oleh segenap elemen bangsa.
Melalui momentum tersebut, seluruh komponen masyarakat bergerak serentak melawan pandemi Covid-19. Tak hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia saat ini terus bergerak bersama untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Gerakan berjuang bersama akan ampuh menghadapi wabah Covid-19 tersebut. Karena itu, kita sebagai masyarakat mendorong agar Hari Pahlawan saat ini dimanfaatkan bersama sebagai momentum menjadi pahlawan kemanusiaan dengan semangat berjuang melawan Covid-19. Buka saja pemerintah, dokter, tenaga medis, relawan sosial dan TNI-Polri, tapi kita semua bisa menjadi pahlawan. Untuk diri sendiri, keluarga dan banyak orang.
Misalnya, kita dapat mematuhi protokol kesehatan (prokes), membagi masker, sampai memberikan edukasi ke masyarakat soal pentingnya prokes. Langkah itu juga diyakini mampu mencegah diri dari terinfeksi virus dan terhindar dari ancaman kematian.
Sejarah Hari Pahlawan
Untuk diketahui bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan yaitu setiap tanggal 10 November. Tema peringatan Hari Pahlawan 2020 kali ini yaitu "Pahlawanku Sepanjang Masa" dan sekaligus menyampaikan pesan para pejuang kemerdekaan untuk generasi muda.
Menelisik ke belakang, sejarah peringatan Hari Pahlawan pada 10 November bermula dari pertempuran antara Indonesia melawan Sekutu di Surabaya pada 1945.
Saat itu, Inggris, juga Belanda, merupakan bagian dari pasukan Sekutu yang memenangkan Perang Asia Timur Raya (Perang Dunia II) atas Jepang.
Beberapa waktu kemudian setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, pasukan Sekutu datang, termasuk Inggris dan Belanda, sampai memasuki wilayah Surabaya.
Arek-arek Surabaya dan pihak Sekutu melakukan perundingan pada 29 Oktober 1945. Tetapi, hal tersebut tidak mampu meredam bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya antara kedua belah pihak.
Bentrokan semakin memanas usai Brigadir Jenderal Mallaby, Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur, tewas pada 30 Oktober 1945. Mallaby lalu diganti Mayor Eric Carden Robert Mansergh.
Mansergh mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya yang menuntut pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap Sekutu.
Pihaknya juga mengancam akan menggempur Kota Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila perintah tersebut tidak dipatuhi. Tetapi, rakyat tidak gentar atas ancaman itu sehingga terjadilah pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
Pertempuran tersebut telah 'memakan' puluhan ribu rakyat Surabaya dan para pejuang menjadi korban, sebagian besar merupakan warga sipil
Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara tak kenal menyerah yang ditunjukkan rakyat Surabaya menjadikan kota Surabaya selanjutnya dikenang sebagai Kota Pahlawan.
Berikutnya, tanggal 10 November diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang.(Dbs/Fer)