logo-pmjnews.com

Kesehatan

Jumat, 19 Januari 2024 12:39 WIB

Wajib Tahu, Ini Waktu Terbaik Minum Kopi di Pagi Hari

Editor: Hadi Ismanto

Sejumlah ahli minum kopi sebaiknya tidak terlalu pagi. (Foto: PMJ News/Ilustrasi/Hadi)
Sejumlah ahli minum kopi sebaiknya tidak terlalu pagi. (Foto: PMJ News/Ilustrasi/Hadi)

PMJ NEWS - Seiring dengan perkembangan, minum kopi seolah telah menjadi kebiasaan banyak orang di berbagai negara. Namun, seorang ahli mengingatkan meminum kopi di pagi hari mungkin bukan pilihan terbaik.

Seorang dokter umum merangkap dokter gawat darurat dari National Health Service di Inggris, Suraj Kukadia atau yang lebih dikenal sebagai dr Sooj membagikan peringatannya di platform berbagi video TikTok.

Menurut Sooj, minum kopi di pagi hari dapat mengganggu sistem alami tubuh yang dirancang untuk bangun di pagi hari.

Pada dasarnya, tubuh menghasilkan lonjakan hormon kortisol secara alami di pagi hari. Hormon kortisol diproduksi untuk membangunkan seseorang dan mempersiapkannya untuk hari itu.

"Di pagi hari, Anda mendapatkan lonjakan kortisol alami yang merupakan cara tubuh membangunkan Anda dan menyiapkan Anda untuk hari itu," ungkap dr Sooj seperti dilansir dari Express, Jumat (19/1/2024).

Dokter Sooj menyarankan agar kita menunggu sampai tingkat kortisol turun sebelum meminum kopi, yang biasanya terjadi di pertengahan pagi, yakni sekitar pukul 09.39-11.30.

Kortisol adalah hormon steroid yang memainkan peran penting dalam mengatur respons tubuh terhadap stres, mengontrol metabolisme, menekan peradangan, mengatur tekanan darah, gula darah, dan siklus tidur-bangun.

Tingkat kortisol tertinggi terjadi pada pagi hari. Karena itu, jika Anda mengganggu ritme sirkadian ini, maka dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang.

Menurut Cleveland Clinic di AS, tingkat kortisol paling tinggi terjadi 30 hingga 45 menit setelah bangun tidur. Dokter Sooj memperingatkan bahwa mengganggu ritme sirkadian dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik, termasuk gangguan tidur, suasana hati, dan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, serta obesitas.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Translational Psychiatry pada 2020 menemukan hubungan antara gangguan ritme sirkadian dengan gangguan kejiwaan seperti depresi, gangguan bipolar, kecemasan, dan skizofrenia.

BERITA TERKAIT