test

Hukrim

Rabu, 22 Juli 2020 16:01 WIB

Top! Polda Kalteng Bongkar Tabir Kejahatan Seksual Terhadap Anak Balita

Editor: Ferro Maulana

Arist Merdeka Sirait didampingi Dhanang Sasongko Sekjen Komnas Perlindungan Anak menyerahkan sertifikat penghargaan kepada Kapolda Kalimantan Tengah Rabu (22/07/2020) di Mapolda Kalteng. (Foto: PMJ News)

PMJ - Atas dedikasi dan komitmen Kapolda Kalimantan Tengah melalui kerja keras dan cepat Subdit Renakta Direskrimum Polda Kalimantan Tengah telah berhasil mengungkap tabir kekerasan seksual terhadap anak, - sebut saja Putri (3,5), bukan nama sebenarnya- hingga korban menderita dan tertular penyakit menular seksual "sipilis" dan kasus kejahatan seksual terhadap lebih kurang empat korban di desa Palangkaraya Timur yang dilakukan seorang Ustad melalui pendekatan Rukhiyat.

Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) pun sangat berterima kasih dan memberikan apreasiasi terhadap kerja keras dan komitmen yang diberikan jajaran Direskrimum subdit IV Renakta Polda Kalimantan Tengah atas kasus kejahatan seksual terhadap anak balita.

Arist Merdeka Sirait Ketua Komnas Perlindungan Anak berdialog dengan pelaku disaksikan Wakapolda Kalteng sebelum dilakukan pers conference. (Foto: PMJ News)

Penghargaan itu diberikan sebagai tanda meningkatkan kerjasama antara Polda Kalteng dan Komnas Perlindungan Anak dalam mewujudkan gerakan penegakan hukum sekaligus perlindungan anak-anak untuk memutus mata rantai kekerasan seksual terhadap anak di Kalimantan Tengah.

Penyerahan sertifikat penghargaan kepada Kapolda dan Jajaran Direskrimum serta Subdit IV Renakta Polda Kalteng didampingi Dhanang Sasongko Sekjen Komnas Perlindungan Anak dan Komisioner Sumberdaya Perlindungan Anak Lia Latifah.

Penegakkan Hukum dan Partisipasi Masyarakat

Kasus kejahatan seksual kepada anak balita yang dilakukan tersangka A (21) kakak tiri korban, bersesuaian dengan UU RI Nomor : 17 Tahun 2016 tentang penerapan Perpu No. 01 Tahun 2016 tentang Perubahan kedua atas UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dimana pelaku A diancam minimal 10 tahun dan maksimal 20 tahun.

Arist Merdeka Sirait selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak berdialog dengan pelaku disaksikan Wakapolda Kalteng sebelum dilakukan pers conference. (Foto: PMJ News)

Selain itu, juga dapat dikenakan hukuman tambahan berupa ancaman seumur hidup sampai hukuman mati, demikian disampaikan Arist Merdeka Sirait selaku Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak kepada sejumlah media dalam keterangan pers-nya bersama Wakapolda Kalimantan Tengah dan jajaran Direkrimum Kalimantan Tengah, Sekda Pemprop Kalteng Rabu (22/07/2020) di Mapolda Kalimantan Tengah.

Lebih lanjut, Arist menjelaskan, bercermin dari kasus kekerasan seksual terhadap anak balita hingga menderita sipilis yang dilakukan kakak tiri korban dan kasus kejahatan seksual yng dilakukan oleh oknum ustad, Komnas Perlindungan Anak mengajak semua pihak dan semua masyaralat untuk bahu membahu membangun gerakan perlindungan anak terpadu berbasis kampung dengan melibatkan warga sekampung dan organisasi sosial yang ada dikampung seperti karang taruna, organisasi perempuan PKK, dan remaja.

Menurut Arist, sudah saatnya menjaga dan melindungi anak dan memutus mata rantai kekerasan terhadap anak harus dilakulan oleh warga sekampung. Selain penegakan hukum, keterlibatan serta partisipasi masyarakat di masing-masing kampung sangat diperlukan untuk melindungi anak.

Lanjut Ketua Komnas PA ini, kasus kejahatan seksual terhadap anak yang dilakukan Polda Kalimantan Tengah ini adalah momentum. Bagi orang tua dan masyarakat Kalimantan tengah untuk memberikan ektra perhatian terhadap perubahan prilaku anak dan penggunaan media sosial.

“Seringkali predator kejahatan seksual terinpirasi dan terdorong dari tayangan-tayangan pornografi. Waspadalah dengan kekerasan seksual terhadap anak yang marak terjadi dilingkungan sosial anak di Kalteng,” ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Arist Merdeka Sirait mengucapkan “Selamat Hari Anak Nasional 2020”. Anak Terlindungi Indonesia Maju, peran serta anak dalam memutus mata rantai kekerasan terhadap anak adalah penting dan anak harus dilibatkan.

“Indonesia maju jika anak terbebas dari segala bentuk eksploitasi, kekerasan, penganiayaan dan penelantaran serta diskrinasi dan perlakuan salah,” pungkasnya. (FER).

BERITA TERKAIT