Jumat, 22 April 2022 12:21 WIB
Hari Kartini, Perempuan Level Up Wadah Belajar & Berbagi
Editor: Fitriawan Ginting
PMJ NEWS - Masih dalam suasana Hari Kartini, beragam perjuangan perempuan untuk memperoleh kesetaraan peran dalam bermasyarakat sepertinya tidak pernah kehilangan dinamikanya sejak era RA Kartini memulainya. Ada ragam upaya dan gerakan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai dan menjaga kesetaraan dan juga pemberdayaan perempuan.
Begitu juga dengan Shandy Puramasari, salah satu pebisnis dan filantropis wanita ini membentuk sebuah komunitas Perempuan Level Up, yaitu sebuah wadah khusus perempuan ini didirikan tepat pada Hari International Women’s Day 8 Maret 2022 silam oleh Shandy Purnamasari untuk memfasilitasi para perempuan belajar secara gratis.
Bertepatan dengan Hari Kartini, 21 April 2022, Perempuan Level Up akan memberikan penghargaan kepada 10 Kartini versi Perempuan Level Up. Penghargaan akan diberikan kepada wanita-wanita dari ragam profesi seperti bidan, perias, pekerja penanganan sarana dan prasaran umum (ppsu), penulis programTV, asisten rumah tangga, buruh cuci, penjual sayur, penjahit, guru mengaji serta pengemudi ojek online wanita.
“Kami ingin meberikan apresiasi pada mereka yang berharga dan berjasa sekecil apapun kontribusi mereka, tetaplah mereka bernilai tidak untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain, ”kata Shandy Purnamasari, di Hari Kartini kemarin, Kamis (21/4/2022).
Pemberian penghargaan ini diadakan di J99 Tower di bilangan Jakarta Selatan dan juga disiarkan secara LIVE melalui Instagram @shandypurnamasari & @perempuanlevelup.
Berikut adalah daftar 10 Kartini versi Perempuan Level Up:
1. Rousantya ( 29 tahun) Bidan
Seorang Bidan yang bekerja di rumah sakit swasta ini telah membantu menangani lebih dari 500 kelahiran. Rousantya juga pernah membantu kelahiran ibu-ibu tuna wisma secara cuma-cuma dan mmembantunya sampai proses pemulihannya sempurna.
2.Yelis Safitri (30 tahun) Penulis Program TV
Yelis adalah seorang perempuan muda yang bekerja sebagai penulis. Baginya profesi penulis sering sekali diabaikan padahal, penulis adalah batang tubuh sebuah karya.
3.Dwina Aggita Lubis ( 33 tahun)Make up Artist
Perempuan yang disapa Gita ini sudah menekuni dunia tatarias selama 8 tahun. Di era pandemi, pekerjaannya nyaris tidak menghasilkan namun dirinya tetap semangat dan menekuni profesinya serta mencari peluang baru dengan membuka kelas-kelas make up
4.Tirkem (45 Tahun) Buruh cuci
Ibu tirkem mulanya adalah pengusaha warteg yang kemudian terlibas pandemi. Akhirnya dirinya menyambung kehidupan dengan menjadi buruh cuci di komplek perumahannya untuk menghidupi keluarganya
5.Halimah (60 Tahun)Penjahit
Sudah menjadi penjahit sejak tahun 1978, Halimah merasa bersyukur dengan talenta yang dimiliki karena dirinya dapat membiayai keluarganya bahkan sejak suaminya sudah tidak lagi memiliki penghasilan selama puluhan tahun. Halimah berperan sebagai ibu dan pencari nafkah.
6.Eka (31tahun) Pengemudi Ojek Online
Eka adalah mantan pekerja instansi pemerintah yang dirumahkan. Dirinya menjajal sebagai pengemudi ojek online karena ratusan surat lamarannya tidak ada yang menerimanya. Eka merasa lebih baik tetap bekerja meski resikonya sangat tinggi.
7.Sari ( 46 tahun) Asisten rumah tangga
Sari adalah asisten rumah tangga yang menghidupi keluarganya. Dirinya merasa bahagia menjalani perannya meski ada beberapa cibiran yang diterimanya, Sari tetap semangat karena dirinya memiliki pekerjaan yang halal
8.Anita ( 50tahun) Pekerja penanganan sarana dan prasarana umum
Sebagai orang tua tunggal. Afifah merasa sangat bersyukur tetap mendapatkan pekerjaan sebagai petugas PPSU. Meski lelah dan letih, Anita menjalaninya dengan sepenuh hati
9.Afifah (50tahun) Penjual Sayur
Afifah sudah menjadi penjual sayur sejak 30 tahun lalu. Dirinya merasa sering diremehkan tetapi bagaimanapun juga, pekerjaan ini adalah satu-satunya sumber pendapatan keluarga.
10. Sri Widyastuti (53tahun) Guru Mengaji
Seorang Guru mengaji yang juga kini berperan sebagai pencari nafkah keluarganya. Selain itu, Tuti juga sering memberikan kelas mengajar gratis untuk anak-anak di sekitar rumahnya.
Shandy purnamasari percaya bahwa sebagai perempuan kita adalah sosok yang kuat, tangguh dan tekun dalam menjalankan amanta dan peran. Bahkan peran wanita bisa berlapis dalam satu sosok. Baginya, sosok RA Kartini adalah contoh ketangguhan dan perempuan yang mana perjuangannya rupanya sangat bermanfaat tak lekang oleh waktu.
Dengan misinya yang tulus untuk membekali ilmu yang bermanfaat bagi para perempuan, Shandy mewujudkannya satu persatu melalui Perempuan Level Up yang rutin mengadakan kelas-kelas dan seminar untuk membekali para anggotanya.
Ragam kelasnya antara lain: kelas Pengenalan Diri, Kelas Bisnis Dasar dan kelas Sosial Media. Selain itu, ada pula kelas-kelas yang diadakan sesuai permintaan anggota seperti kelas belajar make up dan masih banyak rancangan kelas lainnya yang akan dilakukan berkala di bulan Mei mendatang.
Shandy Purnamasari, selaku Founder dari Komunitas Perempuan Level Up mengatakan bahwa wanita itu memang seharusnya menjadi sosok yang mandiri, memiliki value dan tidak bergantung pada siapapun. Tidak hanya itu, Shandy berharap bahwa komunitas ini nantinya akan menjadi sebuah zona aman dan nyaman yang menjadi sarana untuk saling berbagi dan menguatkan sesama perempuan.