test

News

Jumat, 28 Agustus 2020 07:07 WIB

Amazing! Batu Bata Dapat Digunakan Menjadi Baterai, Gimana Caranya?

Editor: Ferro Maulana

Tukang bangunan membuat pondasi rumah gunakan batu bata. (Foto: PMJ/ Dok Net)

PMJ - Salah satu tantangan dari energi terbarukan yaitu bagaimana kita dapat memanfaatkan sumber energi misalnya matahari, angin dan panas bumi. Saat ini, sebuah riset terbaru dengan menggunakan kemajuan iptek dalam nanoteknologi mampu mengubah batu bata menjadi baterai.

Ya, ini berarti bangunan atau rumah itu sendiri di masa depan dapat digunakan untuk menyimpan sekaligus menghasilkan listrik, demikian lapor Science Times.

Untuk diketahui, batu bata merupakan bahan bangunan yang banyak dipakai tukang. Selain murah, batu bata memiliki daya tahan dan ketahanannya terhadap cuaca seperti, panas atau hujan. Batu bata tidak menyusut, mengembang, atau melengkung sehingga tidak merusak suatu pondasi bangunan.

Batu bata dapat diubah menjadi baterai dengan prosedur kimia sederhana. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Media Inggris Gizmodo melaporkan, peneliti telah mendemonstrasikan bahwa batu bata yang dibeli dari toko material atau toko bahan bangunan dapat dengan mudah diubah menjadi baterai dengan prosedur kimia sederhana.

Teknik ini memanfaatkan struktur berpori bata untuk mengendapkan lapisan polimer konduksi yang disebut PEDOT di seluruh bata. Ini mengubah setiap bata menjadi superkapasitor, yang mirip dengan baterai tetapi biasanya mempunyai waktu pengisian yang lebih cepat untuk kapasitas penyimpanan yang lebih rendah.

Pertama-tama para peneliti merendam batu bata dalam uap asam klorida, yang meresap ke dalam pori-pori dan bereaksi dengan oksida besi yang memberi warna merah pada batu bata.

Asam ini selanjutnya mengubah oksida besi menjadi bentuk reaktif besi, yang berinteraksi dengan gas lain melalui batu bata untuk membuat film tipis PEDOT, plastik penghantar listrik.

Batu bata dapat diubah menjadi baterai dengan prosedur kimia sederhana. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Lapisan ini sebenarnya merupakan lapisan serat nano dengan luas permukaan yang sangat besar, yang meningkatkan kapasitas penyimpanan energinya. Lapisan PEDOT ini juga berfungsi sebagai elektroda, dan para peneliti juga menambahkan elektrolit gel pada batu bata.

Mereka menunjukkan bahwa tiga batu bata kecil cukup untuk menyalakan LED hijau selama sepuluh menit dengan sekali pengisian. Terlebih lagi, epoksi tahan air yang dilapisi oleh para peneliti pada batu bata memiliki efek knock-on, untuk mencegah penguapan air dari gel. Dengan demikian, berarti batu bata dapat diisi dan dibuang selama 10.000 siklus dengan hanya penurunan kapasitas 10 persen.

Hanya saja, batu bata ini masih menjadi konsep, bukan solusi siap pakai untuk kebutuhan penyimpanan energi kita. Alasannya, kepadatan energinya hanya 1 persen dari baterai lithium ion.

Dalam pernyataan tertulisnya kepada media Eropa, Julio D’Arcy, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan bahwa 50 batu bata yang dihubungkan ke panel surya dapat memberikan penerangan darurat selama 5 jam. Itu masih jauh dari daya untuk rumah tangga kita yang semakin haus energi.

D’Arcy juga mengakui ada beberapa kekhawatiran bahwa sifat asam yang dapat mempengaruhi integritas batu bata, sejauh mereka mungkin tidak dapat menjadi komponen struktural utama sebuah bangunan.

Batu bata dapat diubah menjadi baterai dengan prosedur kimia sederhana. (Foto: PMJ/ Dok Net).

Namun D’Arcy mencatat bahwa tim sedang mengerjakan cara untuk mengubah serat nano mereka menjadi material komposit yang mengandung semikonduktor lain, yang mereka harapkan akan meningkatkan kapasitas dengan 10 kali lipat. Mereka juga sedang mengerjakan penyesuaian pada proses produksi untuk meningkatkan kecepatan dan menurunkan biaya.

Walaupun jalan yang harus ditempuh masih panjang, tampaknya rumah-rumah masa depan mungkin adalah baterai raksasa yang dapat mengisi daya dirinya sendiri dengan menggunakan energi terbarukan yang melimpah.

"Sebuah sel surya di atap rumah kamu dapat menyimpan listrik di suatu tempat dan biasanya kami menggunakan baterai," demikian kata D'Arcy kepada The Guardian.

"Apa yang telah kami lakukan adalah memberikan opsi teknologi baru, tetapi kami belum sampai secara sempurna ke sana. Butuh waktu beberapa tahun.”

"Bila itu terjasi, teknologi ini jauh lebih murah daripada baterai lithium ion. Ini akan menjadi dunia yang berbeda dan Anda tidak akan mendengar kata-kata 'baterai lithium ion' lagi,”tutupnya. (The Gaurdian/ Science Times/ Gizmodo/ Fer).

BERITA TERKAIT