logo-pmjnews.com

News

Jumat, 20 Desember 2024 09:10 WIB

Menag Nasaruddin: Toleransi Jangan Hanya Jadi Kiasan Bibir

Editor: Hadi Ismanto

Menteri Agama, Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan. (Foto: PMJ News/Dok Kemenag)
Menteri Agama, Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan. (Foto: PMJ News/Dok Kemenag)

PMJ NEWS - Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar menyampaikan keberhasilan pemuka agama hingga Kementerian Agama tak hanya dinilai dari ukuran formal. Lebih dari itu, semestinya bisa mendekatkan umat dengan ajaran yang dianutnya.

Pernyataan tersebut disampaikan Nasaruddin dalam pembukaan acara Seminar Natal Nasional 2024 bertema 'Gereja Berjalan Bersama Negara: Semakin Beriman, Humanis dan Ekologis' di Auditorium HM Rasjidi, Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Kamis (19/12/2024).

"Tidak boleh hanya diukur pada ukuran-ukuran formal, misalnya WTP, substansi Kemenag dan kita tokoh-tokoh agama, keberhasilan kita itu bisa diukur seberapa besar kemungkinan kita untuk mendekatkan antara umat dengan ajaran agamanya," jelas Nasaruddin.

Lebih lanjut Nasaruddin mengungkapkan, pihak Kemenag gagal jika tak bisa mengeratkan umat dengan agamanya. Ia menyebut, apabila umat semakin damai dan meyakini ajarannya, Kemenag berhasil.

"Semakin berjarak antara umat dengan ajaran agamanya, itu artinya semakin gagal kita sebagai pemuka agama atau kementerian negara. Sebaliknya semakin lengket, semakin berdamai antara umat dengan ajaran agamanya maka itu keberhasilan bersama kita," terangnya.

Nasaruddin mengingatkan toleransi seharusnya jangan sekadar kiasan bibir semata. Dia menyarankan penerimaan terhadap perbedaan harus dilakukan dengan ikhlas dan dari hati terdalam.

"Jadi Bapak/Ibu sekalian, toleransi jangan hanya jadi kiasan bibir, toleransi yang sejati adalah kesediaan kita menerima orang yang berbeda dengan kita dengan tulus," ujar Nasaruddin.

"Kalau masih ada sedikit kegundahan, itu bukan toleransi. Toleransi sejati adalah kesediaan kita memberikan tempat dalam hati yang sangat dalam orang-orang yang berbeda dengan kita karena apa yang kita lakukan selama ini, ini pemandangan yang sangat indah," imbuhnya.

Sementara Ketua Umum Panitia Natal Nasional 2024, Thomas Djiwandono mengatakan negara harus mendengar suara gereja. Dia menyebut antara satu pihak dan yang lain harus saling melengkapi untuk menciptakan toleransi di RI.

"Gereja tidak dapat berperan sendiri, negara adalah satu institusi besar yang di banyak hal memiliki otoritas terbesar. Negara juga ditopang oleh sumber daya yang kuat. Gereja memerlukan negara untuk memberi wujud nyata pada segala ajaran dan seruannya," terang Thomas.

"Di sisi lain, negara perlu mendengar suara gereja. Gereja seperti halnya institusi keagamaan lainnya, mewarisi kekayaan ajaran moral yang dapat memberi negara arah untuk dituju dan batasan agar tidak tergelincir ke jurang kesewenang-wenangan," tambahnya.

BERITA TERKAIT