Selasa, 14 September 2021 12:50 WIB
Ada Dugaan Diretas Hacker China, BIN Pastikan Jaringan Internalnya Aman
Editor: Hadi Ismanto
PMJ NEWS - Badan Intelijen Negara (BIN) memastikan server internalnya aman dari peretasan. Hal ini menanggapi adanya dugaan sistem jaringan BIN diretas oleh kelompok hacker China, Mustang Panda.
"BIN saat ini terus mendalami dan berkoordinasi dengan stakeholder terkait kebenaran informasi peretasan server BIN maupun kementerian/lembaga lainnya," ungkap Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto kepada wartawan, Selasa (14/9/2021).
Wawan menilai serangan siber ke lembaga negara merupakan hal yang wajar. "Serangan siber terhadap BIN adalah hal yang wajar, mengingat BIN terus bekerja untuk menjaga kedaulatan NKRI dan mengamankan kepentingan nasional," tuturnya.
Lebih lanjut Wawan mengatakan, pihaknya selalu melakukan pengecekan secara berkala terhadap sistem yang berjalan, termasuk server. BIN pun bekerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) agar jaringannya tak diretas oleh pihak manapun.
"BIN bekerjasama dengan BSSN, Kominfo serta lembaga pemerintah lainnya untuk memastikan jaringan BIN aman dan bebas dari peretasan," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, setidaknya ada 10 kementerian dan lembaga telah disusupi hacker asal China, yang menamakan dirinya Mustang Panda. Hal ini terungkap dari laporan Insikt Group.
Seperti dilansir laman The Record, Minggu (12/9/2021), Mustang Panda adalah kelompok hacker yang melakukan aktivitas mata-mata di internet Asia Tenggara. Insikt menemukan ada malware di dalam jaringan pemerintah Indonesia pada bulan April 2021.
Insikt Group disebutkan sudah memberi tahu pemerintah Indonesia pada Juni dan Juli 2021. Namun menurut mereka, pihak pemerintah Indonesia saat itu belum memberikan tanggapan.
Sumber The Record mengatakan bulan Agustus itu, pemerintah mencari dan membersihkan sistem yang terinfeksi. Namun, beberapa hari kemudian, Insikt mengatakan pihak di jaringan pemerintah Indonesia masih terhubung dengan server malware Mustang Panda.
The Record mengaitkan aktivitas mata-mata siber ini dengan kebijakan luar negeri China, yaitu Belt and Road Initiative. Ini adalah langkah kerjasama ekonomi global China yang banyak dicurigai berbagai pihak sebagai taktik Kuda Troya.