test

Politik

Rabu, 9 Oktober 2019 16:41 WIB

Biaya Logistik Indonesia Lebih Mahal dari Negara Tetangga

Editor: Redaksi

Bambang Brodjonegoro. (foto: IG @bambangbrodjonegor)

PMJ – Beban biaya logistik Indonesia masih kalah dari Vietnam dan India sehingga berdampak pada daya saing. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pada 2018 biaya logistik Indonesia masih 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencakup biaya distribusi, inventori barang dan lainnya.

Sementara biaya logistik di India hanya 13% dari PDB dan Vietnam sebesar 20% dari PDB. "Jika Anda pengusaha atau investor ingin mendapatkan return (keuntungan) di Indonesia jadi anda harus berpikir ulang atas logistic cost yang sebesar 24% ini," kata Bambang di kantornya, Rabu (9/10/2019).

Biaya logistik Indonesia juga lebih tinggi ketimbang Malaysia sebesar 13% dari PDB, Thailand 15% dari PDB, dan Singapura 8% dari PDB. Meski begitu peringkat Indonesia terus mengalami kenaikan dimana pada tahun 2018 berada di posisi ke-46.

Naik 17 tingkat dari peringkat ke-63 di 2016 berdasarkan Logistic Performance Index (LPI). Bambang menuturkan, Indonesia masih harus terus membangun infrastruktur guna memperluas konektivitas dan memperbaiki jaringan distribusi.

Jika upaya tersebut konsisten dilakukan, Indonesia bisa memangkas biaya logistik hingga di bawah 20% pada 2024. "Yang paling penting 2045 kalau kita sudah menjadi negara maju biaya logistiknya harus di bawah 10%," imbuhnya.

Selain biaya logistik, Indonesia juga masih kalah saing dari sisi regulasi perdagangan dimana beban biaya bagi eksportir tergolong tinggi lantaran proses perizinan dan regulasi perdagangan yang masih rumit. Eksportir di Indonesia membutuhkan waktu kurang lebih hingga 5,4 hari untuk melengkapi dokumen ekspor.

Waktu tersebut lebih lama dibandingkan Thailand yang tercatat hanya 2,3 hari, Malaysia 1,6 hari, dan Singapura setengah hari. "Jadi anda dapat melihat kombinasi antara lebih lama dan lebih mahal. Sesuatu yang tidak menarik pada bisnis di seluruh dunia tapi ini terjadi di Indonesia," ujarnya. (BHR)

BERITA TERKAIT