test

Kesehatan

Rabu, 12 Agustus 2020 14:36 WIB

Pro Kontra Vaksin Covid-19 Pertama di Dunia, Ini Pernyataan Rusia dan WHO

Editor: Ferro Maulana

PMJ - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan negaranya merupakan yang pertama dalam mengembangkan serta mendaftarkan vaksin pertama untuk menghadapi virus corona baru (Covid-19). Ia mengklaim vaksin itu menawarkan "kekebalan" terhadap virus corona SARS-CoV-2.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menanggapi klaim Rusia dengan mengatakan bahwa harus dilakukan peninjauan yang ketat terhadap data keamanan vaksin dimana harus diserahkan bila negara tersebut menginginkan persetujuan resmi WHO.

"Prakualifikasi vaksin apa pun mencakup peninjauan dan penilaian yang cermat atas semua data keamanan dan kegunaan yang diperlukan," ujar Tarik Jasarevic, juru bicara WHO, dalam pernyataannya secara online.

"Kami terkait dengan otoritas kesehatan Rusia dan diskusi sedang berlangsung sehubungan dengan kemungkinan prakualifikasi vaksin dari WHO,” ujarnya.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko. (Foto: PMJ/ dok Net)

Vaksin 'Sputnik V' begitu populernya disebut, menjadi nama vaksin Covid-19 yang mengacu pada peluncuran satelit pertama Uni Soviet pada tahun 1957 silam yang mengejutkan dunia. Ini dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute Rusia bersama dengan Kementerian Pertahanan Rusia.

Vaksin Sputnik V merupakan salah satu dari dua kandidat vaksin dari Rusia, dan di antara 21 kandidat vaksi dari seluruh dunia yang telah terdaftar oleh WHO sebagai uji coba awal pada manusia.

Hasil Ujicoba Vaksin Sputnik V

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko, mengklaim bahwa vaksin Sputnik V telah menunjukkan khasiat dan keamanan yang tinggi, menyiratkan bahwa uji coba fase 2 telah selesai.

"Semua relawan mengembangkan antibodi yang tinggi terhadap COVID-19. Pada saat yang sama, tidak ada dari mereka yang mengalami komplikasi imunisasi yang serius," ujar Murashko.

Murashko menuturkan kampanye vaksinasi massal melawan covid-19 akan dimulai pada bulan Oktober, dengan dosis pertama diberikan kepada dokter dan guru, sesuai laporan Livemint. “Vaksin juga akan 'gratis', dengan biaya yang keluar dari APBN,” tambahnya.

Tarik Jasarevic selaku juru bicara WHO. (Foto: PMJ/ Dok Net)

Lebih dari 20 negara, termasuk India, telah menyatakan minat mereka pada vaksin, menurut Kirill Dmitriev, Kepala Keuangan dan Dana Investasi Rusia (RDIF) di mana Negeri Beruang Merah menjadi investor utama dalam pengembangan vaksin.

Menurut Dmitriev, Rusia telah mendapat "langkah awal" dari sekitar 20 negara untuk mengamankan total lebih dari 1 miliar dosis vaksin Sputnik V mereka.

Pihak Rusia sudah menandatangani perjanjian dengan lima negara untuk menghasilkan total 500 juta dosis setahun. Uji coba fase 3 dari vaksin tersebut diharapkan berlangsung di Arab Saudi, Filipina dan Uni Emirat Arab (UEA), demikian menurut laporan Financial Times.

Langkah Semborono Rusia

Meskipun Rusia telah memperjelas niatnya untuk menjadi yang pertama di dunia yang mengembangkan vaksin melawan COVID-19, namun masih belum ada uji coba vaksin berskala besar untuk mendukung klaim bahwa hal itu pasti berhasil.

Menurut ahli kesehatan dunia kepada Reuters, “langkah Rusia adalah sembrono.”

Riset ujicoba vaksin Covid-19. (Foto: PMJ/ Dok Net)

"Rusia sepertinya hanya melakukan eksperimen tingkat populasi yang besar," kata Ayfer Ali, selaku spesialis di bagian penelitian Sekolah Bisnis Warwick Inggris.

Persetujuan yang datang dengan sangat cepat dapat berarti efek merugikan dari vaksin tersebut mungkin belum dipelajari atau dicatat secara detail.

Meskipun efek samping jarang terjadi di alam, sebagian alasannya yaitu proses pengamatan dan persetujuan yang panjang sebelum merilis vaksin untuk populasi dunia secara umum. “Bahkan jika ada efek samping yang terjadi, itu bisa serius dan menyebabkan kerusakan seumur hidup,” kata Ali.

Persetujuan Resmi WHO

Setiap negara memiliki tata kelola kebijakan nasional yang menyetujui penggunaan vaksin atau obat-obatan di wilayahnya masing-masing.

"WHO telah melakukan proses prakualifikasi untuk vaksin tetapi juga untuk obat-obatan," ujar Jubir WHO Jasarevic.

Menurutnya, ketika suatu vaksin telah memenuhi kualifikasi sebelumnya oleh WHO, produsen meminta hasil kualitas dan persetujuan dari badan tersebut untuk penggunaannya.

"Untuk mendapatkan ini, ada tinjauan dan penilaian dari semua data keamanan dan kegunaan yang dikumpulkan melalui uji klinis. WHO akan melakukan ini untuk setiap kandidat vaksin," kata Jasarevic dikutip Reuters.

Dengan perkiraan 230 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan, menurut pengembangan vaksin dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, pandemi telah menyebabkan mobilisasi penelitian dan pendanaan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menemukan alat pencegahan yang berfungsi melawan virus corona.

"Seperti yang selalu kami katakan, kami berharap beberapa dari vaksin ini terbukti aman dan efisien," kata Jasarevic.

“Tapi mempercepat kemajuan tidak berarti mengorbankan keselamatan umat manusia,” tambahnya. (Reuters/ Firstpost/ Fer).

BERITA TERKAIT