logo-pmjnews.com

News

Rabu, 1 September 2021 13:05 WIB

Selamat Hari Polwan, Ini Sejarah, Makna dan Pendidikannya di Tanah Air

Editor: Ferro Maulana

Polwan dalam menjaga keamanan masyarakat. (Foto: Dok Net).
Polwan dalam menjaga keamanan masyarakat. (Foto: Dok Net).

PMJ NEWS - Setiap tanggal 1 September diperingati sebagai Hari Polisi Wanita (Polwan). Tepat 73 tahun yang lalu, Polwan dibentuk di Indonesia pertama kali.

Untuk diketahui, terbentuknya Polwan di negara kita ternyata melalui proses yang panjang. Sejarah terbentuknya berawal dari beberapa kesulitan pada pemeriksaan korban, tersangka, maupun saksi perempuan dalam sebuah kasus. Terutama untuk pemeriksaan fisik.

Karena itu, polisi kerap meminta bantuan para istri atau pegawai sipil perempuan untuk membantu menanganinya. Hal ini mendorong inisiatif berbagai organisasi perempuan, terutama organisasi perempuan Islam di Bukuttinggi untuk mengusulkan pada pemerintah agar perempuan diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian.

Cabang Djawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi memberikan kesempatan mendidik perempuan pilihan untuk menjadi polisi.

Pada tanggal 1 September 1948 secara resmi disertakan enam siswa perempuan yaitu: Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar, dan Rosnalia Taher.

Hari tersebut yang nantinya akan diperingati sebagai hari lahirnya polwan. Keenam perempuan itu mengikuti pendidikan inspektur polisi bersama 44 siswa laki-laki di SPN Bukittinggi.

Polwan dalam menyalurkan bantuan ke masyarakat. (Foto: Dok Net)
Polwan dalam menyalurkan bantuan ke masyarakat. (Foto: Dok Net)

Adapun beberapa bulan setelah itu, meletus agresi militer Belanda ke II yang menyebabkan inspektur polisi di Bukittinggi dihentikan dan ditutup pada 19 Desember 1948.

Kemudian, adanya pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia, pada tanggal 19 Juli 1950, enam perempuan calon polisi tersebut kembali dilatih di SPN Sukabumi. Mereka mendapat banyak pelajaran, seperti ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu jiwa, pedagogi, sosiologi, psikologi, serta latihan bela diri dan militer.

Keenam perempuan tersebut berhasil menyelesaikan pendidikan pada 1 Mei 1951 dan mulai bertugas di Djawatan Kepolisian Negara dan Komisariat Polisi Jakarta Raya.

Mereka diberikan tugas khusus menyangkut kepolisian terkait dengan perempuan, anak-anak, seperti: 

- Mengusut, memberantas, dan mencegah kejahatan yang dilakukan oleh atau terhadap perempuan dan anak-anak.
- Memberi bantuan kepada polisi umum dalam pengusutan dan pemeriksaan perkara terhadap terdakwa atau saksi khusus untuk memeriksa fisik kaum perempuan yang tersangkut atau terdakwa dalam suatu perkara.
- Mengawasi dan memberantas pelacuran, perdagangan perempuan dan anak-anak.

Pendidikan Polwan

Dikeluarkannya TAP MPR No. II Tahun 1960 menjadi pernyataan bahwa kepolisian merupakan bagian dari angkatan bersenjata. Pada tahun 1965 pendidikan calon perwira Polwan diintegrasikan bersama calon perwira polisi laki-laki untuk bersama-sama dididik di AAK (Akademi Angkatan Kepolisian) di Yogyakarta.

Perekrutan Polwan di AAK hanya berjalan satu angkatan, setelah itu tidak ada lagi perekrutan untuk calon perwira Polwan di AAK. Jalur perekrutan untuk menjadi Perwira Polwan adalah melalui jalur perwira karier setingkat sarjana dan sarjana muda melalui SEPAMILWA (Sekolah Perwira Militer Wajib).

Pada tahun 1975 Depo Pendidikan dan Latihan (Dodiklat) 007 Ciputat untuk pertama kali membuka kelas pendidikan untuk Bintara Polwan.

Sedangkan, pada tahun 1982 Dodiklat 007 berubah namanya menjadi Pusat Pendidikan Polisi Wanita (Pusdikpolwan) Ciputat, menjadi tahun pertama bagi lembaga pendidikan yang khusus mendidik polisi perempuan.

Pusdikpolwan berganti nama menjadi Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) pada 30 Oktober 1984. Berdirinya Sepolwan menarik minat perempuan untuk menjadi polisi.

Pada tahun 1987, Lettu Pol. Dwi Gusiyati merupakan polwan pertama yang menjabat sebagai Kapolsek Pasar Kliwon, Solo. Setelah itu, Brigadir Jenderal Polisi Jeanne Mandagi, S.H. merupakan polwan pertama yang mendapat pangkat Jenderal Bintang Satu pada tahun 1991.

Dalam rangka memperingati kelahiran Polwan di Indonesia, maka dibangun Monumen Polwan di Bukittinggi, Sumatra Barat yang diresmikan oleh Kapolri pada saat itu Jenderal Polisi Drs. Banoeroesman Astrosemitro pada tanggal 27 April 1993.

Makna Lambang Polwan

Pada 29 November 1986, Jenderal Pol Mochammad Sanoesi, yang saat itu menjabat sebagai Kapolri, mengesahkan lambang Polwan. Terdapat makna di balik lambang itu:
1. Bunga Matahari: bermakna sifat wanita.
2. Tujuh helai dan empat helai bunga: lambang pedoman hidup Polri Tribrata serta pedoman kerja Polri Catur Prasetya Polri.
3. Perisai dan obor: lambang Polwan sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia yang turut melaksanakan tugas dan fungsi kepolisian Republik Indonesia.
4. Tiga bintang emas: Tribrata sebagai pedoman hidup bagi tiap anggota Polri.
5. 1948: melambangkan saat pertama kali adanya Polwan di kepolisian Republik Indonesia.
6. Esthi Bhakti Warapsari: bermakna pengabdian putri-putri pilihan menuju ke arah tercapainya cita-cita luhur yaitu terciptanya masyarakat Tata Tentram Kerta Raharja kepada negara dan bangsa. Selamat Hari Polwan!(Sumber: Museum Polri)

BERITA TERKAIT