logo-pmjnews.com

test

Hukrim

Rabu, 10 Februari 2021 14:50 WIB

Pelaku Praktek Ilegal Patok Tarif 5 Juta Rupiah Sekali Aborsi

Editor: Fitriawan Ginting

Penulis: Yeni Lestari

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus beri keterangan. (Foto : PMJ/Yen).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus beri keterangan. (Foto : PMJ/Yen).

PMJ NEWS - Tersangka utama pelaku aborsi merupakan pasangan suami istri. Dan para tersangka yang melakukan tindakan aborsi bukanlah seorang tenaga kesehatan resmi.

“Sudah kami amankan, tersangka IR yang melakukan tindakan aborsi ini bukan seorang tenaga kesehatan, tidak memiliki kompetensi juga untuk melakukan aborsi. Hanya saja pernah bekerja di klinik aborsi selama 4 tahun sejak tahun 2000,” terang Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, di Polda Metro Jaya, Rabu (10/2/2021).

Kombes Yusri menjelaskan dalam melakukan aksinya, tersangka IR menetapkan aturan khusus sehingga tidak semua pasien akan diterima untuk melakukan tindakan aborsi secara ilegal tersebut.

Barang bukti aborsi dari bahan kimia. (Foto : PMJ/Yen).
Barang bukti aborsi dari bahan kimia. (Foto : PMJ/Yen).

“Ia menetapkan aturan dimana hanya menerima aborsi dengan usia janin 8 minggu ke bawah karena bentuknya masih gumpalan darah ya, jika sudah di atas 8 minggu atau lebih dari dua bulan, tidak diterima karena alat-alat yang dipunya itu terbatas. Ia juga menggunakan obat serta zat kimia untuk menghancurkan janin tersebut. Tarif aborsi 5 juta rupiah,” lanjutnya.

Dalam melancarkan aksinya, tersangka IR bersama sang suami juga bekerjasama dengan para calo untuk bisa mendapatkan pasien yang akan melakukan aborsi. Nantinya, pembayaran dari pasien akan dibagi rata untuk calo dan juga IR sebagai pelaku yang melakukan tindakan aborsi.

Atas praktek aborsi ilegal ini, para tersangka akan dikenai pasal berlapis berupa Pasal 194 dan Pasal 175 UU No 36 tentang Kesehatan dengan ancaman 10 tahun penjara dan denda 1 miliar Rupiah, Pasal 77 UU No 23 tentang Perlindungan Anak, dan Pasal 64 tentang Tenaga Kesehatan dengan ancaman 5 tahun penjara.

BERITA TERKAIT