Jumat, 26 November 2021 17:35 WIB
Terkait La Nina, BMKG: Tahun Ini Intensitas Hujan Lebih Banyak
Editor: Ferro Maulana
PMJ NEWS - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan La Nina bukan badai. La Nina adalah fenomena perubahan iklim yang menyebabkan adanya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik yang meningkatkan curah hujan di Indonesia.
“La Nina adalah fenomena anomali suhu muka laut yang dampaknya adalah peningkatan curah hujan di Indonesia. Kebalikan dengan El Nino, El Nino itu kering dampaknya pengurangan curah hujan ataupun air yang tumpah di wilayah Indonesia,” terang Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab, secara virtual, hari ini Jumat (26/11/2021).
Menurut Fachri, La Nina merupakan fenomena atmosfer yang sifatnya global yakni akibat adanya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik.
“Jadi fenomenanya jauh di Samudera Pasifik. Tapi dampaknya sampai ke kita,” tutur Fachri.
Di kesempatan yang sama, Fachri melanjutkan, fenomena La Nina ini sudah terdeteksi sejak bulan September lalu. Dan diperkirakan akan berlangsung sampai bulan April 2022 mendatang.
“La Nina sudah terjadi terindikasi ya atau terdeteksi dari bulan September lalu. Dan diperkirakan masih akan berlangsung sampai akhir musim penghujan nanti, di sekitar bulan April,” jelas Fachri.
Fachri mengungkapkan, fenomena La Nina ini akan meningkatkan intensitas curah hujan antara 20 hingga 70 persen dari normal.
“Jadi musim hujan kita tahun ini memiliki potensi air ataupun intensitas hujan yang lebih banyak karena berbarengan dengan aktifnya fenomena La Nina,” tuturnya.
“Jadi dari hasil penelitian penambahan intensitas curah hujannya antara 20 hingga 70 persen dari normal,” tuturnya.
“La Nina bisa dirasakan di sebagian Sumatera, Jawa, Bali, NTB itu juga bisa berdampak. Kemudian di Indonesia timur seperti di Sulawesi juga bisa terdampak,” tandasnya.