test

Kesehatan

Senin, 30 Maret 2020 13:52 WIB

25 Ribu Orang Terkena dan 164 Meninggal, Waspada DBD di Indonesia

Editor: Ferro Maulana

Penyakit demam berdarah. (Foto: Dok Net)

PMJ - Saat merebaknya pandemi wabah virus Corona (Covid-19), masyarakat juga harus waspada terhadap wabah demam berdarah dengue (DBD).

Alasannya, jumlah kasusnya terus melonjak dengan jumlah kematian yang cukup besar.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, hingga 15 Maret 2020, jumlah kasus DBD telah tercatat lebih dari 25 ribu kasus dan telah merenggut 164 jiwa.

Kasus DBD ini pun terus meningkat setiap tahunnya, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan terdapat 110.921 DBD di Indonesia pada 2019, meningkat dibandingkan 2018 dengan jumlah kasus sebanyak 65.602 kasus.

Kemudian, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setiap tahun tercatat sebanyak 500.000 orang membutuhkan perawatan akibat terinfeksi virus Dengue dan 20.000 orang di antaranya meninggal dunia.

WHO kembali menyebutkan Amerika Latin, Asia Tenggara dan Pasifik Barat merupakan area dengan tingkat penyebaran kasus DBD tertinggi.

Untuk diketahui, DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Usai melalui masa inkubasi virus selama 4-10 hari, maka nyamuk yang terinfeksi dapat menyebarkan virus ini seumur hidupnya.

Lalu bagi pasien, pada umumnya infeksi terjadi 4-5 hari (maksimum 12 hari) setelah ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Adapun gejala infeksi demam berdarah dengue hampir mirip dengan virus corona yaitu demam tinggi mendadak, sakit kepala, mual dan muntah berkepanjangan, mudah lelah, gelisah, muka memerah, dan terkadang diikuti sakit tenggorokan, dan adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh penderita

Berbeda dengan virus corona yang penyebarannya dari orang ke orang dan menjadi pandemic, DBD sendiri merupakan penyakit berbasis lingkungan yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan banyak ditemukan saat musim hujan sebab nyamuk akan menetaskan telurnya di air.

Perubahan iklim seperti hujan yang diselingi panas hingga beberapa hari membuat nyamuk Aedes Aegypti leluasa berkembang biak karena nyamuk ini suka hidup pada daerah dengan kelembaban tinggi dan cuaca yang cukup hangat.

Terdapat perubahan perilaku nyamuk Aedes aegypti yang dahulunya menggigit hanya pagi dan sore hari kini bisa menggigit saat malam hari hingga subuh serta berkembangbiak di atas ketinggian 1.000 mdpl yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

Hingga sekarang, DBD pun belum ada obatnya, sehingga cara efektif dalam memberantas penyakit ini hanya dengan menjaga kebersihan lingkungan melalui gerakan 3M Plus dan memberikan perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk yang kini sudah hidup di luar rumah atau di luar ruangan. (WHO/ Kemenkes/ FER)

BERITA TERKAIT