test

News

Selasa, 29 Desember 2020 14:50 WIB

Diproduksi Awal Tahun, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM Dibandrol Rp62 Juta

Editor: Hadi Ismanto

Genose C19, alat skrining atau pendeteksi Covid-19 yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada. (Foto: PMJ News/Pemkab Bantul).

PMJ NEWS - Genose C19, alat skrining atau pendeteksi Covid-19 yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada (UGM) akan diproduksi ribuan unit pada tahun depan. Untuk harga per unit dibandrol seharga Rp62 juta.

Dalam konferensi pers virtual pada Senin (28/12/2020), Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan pada awal tahun depan, GeNose akan diproduksi hingga ribuan unit. Alat skrining ini memiliki sensitivitas mencapai 92 persen, dan spesifitas 95 persen.

"Kapasitas produksi per Februari nanti diharapkan sudah bisa mencapai 5 ribu unit, sudah bisa dipakai dan didistribusikan ke seluruh Indonesia," kata Bambang.

Bambang mengatakan pada saat ini sudah ada beberapa rumah sakit yang telah menggunakan GeNose sebagai alat skrining Covid-19. Antara lain RS Bhayangkara Yogyakarta, RS Karyadi Semarang, RS Moewardi dan RS Universitas Sebelas Maret.

Bambang menjelaskan cara kerja alat ini yaitu sampel napas dikumpulkan pada sebuah plastik atau balon yang kemudian akan dimasukkan ke dalam sensing unit, yang memiliki puluhan sensor udara.

"Dengan sensor tersebut dengan pendekatan Artificial Intelligence (AI) akan dideteksi partikel atau VOC (Volatile Organic Compound) yang dikeluarkan spesifik oleh pengidap Covid-19," jelas Bambang.

Tidak seperti alat tes PCR (Polymerase Chain Reaction), lanjut Bambang, GeNose ini tidak mendeteksi adanya keberadaan virus COVID-19 di dalam tubuh. Alat ini juga berbeda dengan rapid test antibodi yang mendeteksi respons imun tubuh lewat sampel darah.

GeNose, menurut Bambang, hanya mendeteksi adanya partikel atau senyawa yang memang secara spesifik dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi Covid-19.

"Jadi yang dideteksi di sini bukan virusnya, bukan virus Corona Covid-19. Tapi, yang dideteksi di sini adalah partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda jika terjadi atau dikeluarkan oleh orang yang mengidap Covid-19," jelas Bambang.

Dalam acara yang sama, Dian Nurputra, salah satu tim pengembang GeNose UGM mengatakan untuk menggunakan GeNose, pembeli akan mendapatkan pelatihan khusus.

"Untuk pemakaiannya akan ada (pelatihan). Jadi harga 62 juta itu termasuk dalam tutorial atau pelatihan khusus itu," katanya.
Mengutip keterangan tertulis di laman resmi UGM, GeNose telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada Kamis, 24 Desember lalu.

Genose C19, alat skrining atau pendeteksi Covid-19 yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada. (Foto: PMJ News/YouTube Kemenristek).
Genose C19, alat skrining atau pendeteksi Covid-19 yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada. (Foto: PMJ News/YouTube Kemenristek).

Catatan Wamenkes

Menyikapi hadirnya GeNose, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes RI) Dante Saksono Harbuwono menyebut uji validasi GeNose masih perlu ditingkatkan. Kemenkes melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) akan ikut membantu dalam uji validasi ini.

"Selamat kepada tim UGM dan tim Unpad atas inovasi ini, inovasi ini tentu sangat memberikan harapan bagi kita semua tetapi yang paling kita harus lihat juga validasinya juga yang harus diperhatikan," jelas Dante dalam acara yang sama.

"Nanti kita dari Kemenkes akan mencoba untuk membantu validasi yang akurat," lanjutnya.

GeNose buatan para ahli Universitas Gadjah Mada (UGM) mengklaim hasil uji coba tes Corona ini menunjukkan sensitivitas 92 persen. Ada dua penelitian yang dilakukan yaitu uji validasi dan uji klinis.

BERITA TERKAIT