test

Kesehatan

Kamis, 17 September 2020 10:02 WIB

Awas, Suka Nyinyir Bisa Picu Resiko Serangan Jantung

Editor: Hadi Ismanto

Serangan jantung (Foto: PMJ News/Dok Net)

PMJ - Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa orang suka menunjukkan kepribadian seperti bermusuhan, sarkastik berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi jantung. Studi ini dilakukan oleh University of Tennessee.

Penelitian dilakukan di Amerika Serikat (AS) dengan melacak 2.321 penyintas serangan jantung, yang semuanya telah menjalani tes kepribadian sebelum dipantau selama 24 bulan ke depan.

Berdasarkan observasi selama dua tahun, partisipan kemudian dibandingkan dengan hasil skor kepribadiannya. Para peneliti segera menemukan bahwa mereka yang memusuhi orang lain lebih mungkin menderita serangan jantung berulang.

Selain itu, orang-orang ini juga cenderung tidak menjaga kesejahteraan mereka sendiri. Mereka lebih cenderung merokok, minum, dan memiliki pola makan yang buruk.

Menurut European Journal of Cardiovascular Nursing, para peneliti menyimpulkan karakter seseorang dapat memengaruhi jantung. Hal ini terjadi melalui mekanisme perilaku dan psikologis.

Seperti dilansir dari laman VT, Kamis (17/9/2020), penulis studi Tracey Vitori menyebut beberapa karakteristik permusuhan yang disoroti adalah sarkasme, sinisme, kebencian, ketidaksabaran, atau mudah tersinggung.

"Orang yang bermusuhan telah meningkatkan waktu pembekuan, tingkat adrenalin yang lebih tinggi, di atas tingkat kolesterol dan trigliserida normal, dan meningkatkan reaktivitas jantung," ungkap peneliti itu.

Asisten Profesor di Fakultas Keperawatan Universitas Tennessee, Vitori menyatakan bahwa kejadian ini bukan hanya terjadi satu kali saja. Namun ini menjadi ciri bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain.

"Kami tahu bahwa mengendalikan kebiasaan gaya hidup meningkatkan prospek pasien serangan jantung dan penelitian kami menunjukkan bahwa meningkatkan perilaku bermusuhan juga bisa menjadi langkah positif," jelas Vitori.

Para ahli juga menemukan bahwa mereka yang memiliki pandangan hidup yang lebih positif lebih mungkin untuk berolahraga, lebih sedikit minum, dan tidak merokok.

Sementara studi sebelumnya yang diterbitkan oleh Associate Professor Psikiatri di Harvard Medical School, Jeff C Huffman mengemukakan menjadi bahagia dapat memberikan jantung yang sehat.

"Orang yang mengalami emosi positif memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah, dan lebih sedikit kelainan tekanan darah dan respons stres fibrinogen terhadap tes stres mental, dibandingkan dengan mereka yang tidak merasakan emosi positif," tutur Jeff.(Hdi)

BERITA TERKAIT